Sunday 30 March 2014

genetika

metabolisme

BAB 5
METABOLISME
A.    Enzim dan Mekanisme Kerjanya
Enzim merupakan biokatalisator protein yang diperlukan untuk mempercepat reaksi-reaksi kimia yang berlangsung di dalam sel. Tanpa enzim maka reaksi selular berlangsung sangat lambat, bahkan mungkin tidak terjadi reaksi. Dalam mengkatalisis sutu reaksi enzim bersifat sangat spesifik, sehingga meskipun jumlah enzim ribuan di dalam sel dan subtratnya pun sangat banyak, tidak akan terjadi kekeliruan. Substrat substansi  yang mengalami perubahan kimia setalah bercampur dengan enzim, sedangkan produk adalah substansi baru yang terbentuk setelah reaksi mencapai keseimbangan.
Pada umumnya terdapat 2 mekanisme kerja enzim dalam mempengaruhi katalisis yaitu :
·         Enzim meningkatkan kemungkinan molekul-molekul yang bereaksi saling bertemu dengan permukaan yang saling berorientasi. Hal ini terjadi sebab enzim mempunyai suatu afinitas yang tinggi terhadap substrat dan mempunyai kemampuan mengikat substrat walaupun bersifat sementara. Pernyataan antara substrat dengan enzim tidak seenaknya, melainkan terorientasi secara tepat untuk terjadi reaksi.
·         Pembentukan ikatan yang sementara antara substrat dengan enzim menimbulkan penyebaran elektron dalam molekul substrat dan penyebaran ini menyebabkan suatu regangan pada ikatan kovalen spesifik dalam molekul substrat sehingga ikatan kovalen tersebut menjadi mudah terpecah.
Dapat disimpulkan bahwa enzim mempercepat laju reaksi agar keseimbangan reaksi (equilibrium) tercapai, tetapi tidak mempengaruhi konstanta keseimbangan.
Model Mekanisme Kerja Enzim
§  Model “lock and key (teori gembok kunci)” dari Fischer : substrat dan enzim sesuai seperti gembok dan kuncinya. Model ini menerangkan adanya kespesifikan suatu enzim karena senyawa yang tidak cocok bentuknya dengan tempat aktif, baik karena terlalu besar maupun terlalu kecil tidak dapat terikat pada tempat aktif. Enzim berperan dalam reaksi tetapi hanya berubah sementara. Setelah reaksi, enzim kembali ke bentuk semula.
§  Model “Induced-fit (induksi pas)” dari Koshland : substrat terikat pada sisi aktif enzim. Model ini menerangkan di mana tempat aktif pada mulanya belum sesuai dengan bentuk substrat, tetapi setelah substrat menempel pada bagian tertentu di tempat aktif barulah terinduksi dan menyesuaikan  dengan bentuk substrat. Hal ini dimisalkan seprti jari tangan menyesuaikan bentuk dengan sarung tangan. Jadi intinya enzim bersifat fleksibel.
Dalam kinerja enzim, juga terdapat penghambat kerja enzim yang disebut Inhibitor, yaitu, inhibitor kompetitif dan inhibitor nonkompetitif.
B.     Reaksi Katabolisme dan Anabolisme
Metabolisme secara keseluruhan mengelola sumber daya materi dan energi bagi sel. Beberapa jalur metabolik melepaskan energi melalui penguraian molekul kompleks menjadi senyawa yang sederhana.  Proses degradasi ini di sebut jalur katabolik ,atau jalur penguraian. Salah satu jalur utama katabolisme adalah respirasi seluler, ketika glukosa  dan bahan-bakar organik lain di uraikan menjadi karbon dioksida dan air dangan kehadiran oksigen. (jalur metabolik bisa memiliki lebih dari satu molekul awal dan/atau produk). Sebaliknya jalur anabolik   mengomsumsi energi untuk membangun molekul kompleks dari molekul-molekul sederhana. Jalur anabolik terkadang di sebut juga jalur biosintetik. Salah satu contoh anabolisme adalah adalh sintetis protein dari asam-asam amino.
C.    Respirasi Seluler
1.      Glikolisis
Proses Glikolisis (sumber: Biology by Campbell 8th edition, Hal 167)
Glikolisis memanen energi kimia dengan cara mengoksidasi glukosa menjadi piruvat. Glikolisis atau biasa disebut ‘pemecahan gula’ dimana terjadi proses pemecahan glukosa, sejenis gula berkarbon-enam, dipecah menjadi dua gula berkarbon-tiga. Gula yang lebih kecil ini kemudian dioksidasi dan atom-atom yang tersisa disusun ulang untuk membentuk dua molekul piruvat.
 Dalam glikolisis terdapat dua fase: investasi energi dan pembayaran energi. Hasil akhir energi dari glikolisis, tiap molekul glukosa, adalah 2 ATP ditambah 2 NADH. Glikolisis dapat terjadi ada atau tidak adanya oksigen. Namun, jika terdapat oksigen, energi kimia tersimpan dalam piruvat dan NADH lalu diekstraksi pada siklus asam sitrat dan posforilasi oksidatif.

2.      Siklus Asam Sitrat (Daur Krebs)
Saat memasuki mitokondria melalui transpor aktif, piruvat pertama-tama diubah menjadi senyawa yang disebut asetil koenzim A. Langkah ini, persambungan antara glikolis dengan siklus asam sitrat. Molekul asetil KoA  memasukkan gugus asetilnya ke dalam siklus asam sitrat intuk dioksidasi lebih lanjut.
Sikluls asam sitrat berfungsi sebagai tungku metabolik yang mengoksidasi bahan-bahan organik yang berasal dari piruvat.
Siklus Krebs (sumber: Biology by Campbell 8th edition, Hal 170)
Gambar disamping merangkum masukan dan keluaran ketika piruvat diuraikan menjadi tiga molekul CO2, termasuk molekul CO2 yang dilepaskan selama pengubahan piruvat menjadi asetil KoA. Siklus ini menghasilkan 1 ATP per putaran melalui fosforilasi tingkat-subtrat, namun sebagian besar energi kimia ditransfer ke NAD+ dan suatu pembawa elektron terkait, koenzim FAD, dalam reaksi redoks. Koenzim tereduksi, NADH dan FADH2, mengulak-alikkan muatannya yang berupa elektron berenergi tinggi ke rantai transpor elektron.
Sebagian besar ATP yang diproduksi oleh respirsi dihasilkan dari fosforilasi oksidatif, ketika NADH dan FADH2 yang diproduksi oleh siklus asam sitrat meneruskan elektron-elektron yang diekstraksi dari makanan ke rantai transpor elektron. Dalam proses tersebut, NADH dan FADH2 menyuplai energi yang dibutuhkan untuk fosforilasi ADP menjadi ATP.
3.      Posforilasi Oksidatif
Komponen-komponen metabolik pada respirasi sejauh ini, yaitu glikolisis dan siklus asam sitrat, menghasilkan hanya 4 molekul ATP per molekul glukosa, semuanya melalui fosforilasi tingkat-subtrat : 2 ATP netto dari glikolisis dan siklus asam sitrat. Pada titik ini, molekul NADH (dan FADH2) menampung sebagian besar energi yang diekstraksi dari glukosa.
Fosforilasi oksidatif menggunakan energi yang dilepaskan oleh rantai transpor elektron untuk memberikan tenaga bagi sintesis ATP.
Posforilasi Oksidatif (sumber: Biology by Campbell 8th edition, Hal 175)
Berdasarkan gambar,   NADH dan FADH2 mengulak-alik elektron-elektron berenergi tinggi yang diekstraksi dari makanan selama glikolisis dan siklus asam sitrat ke rantai transpor elektron yang tertanam dalam membrandalam mitokondria. Anak panah emas menelusuri transpor elektron, yang akhirnya diteruskan ke oksigen pada ujung ‘kaki bukit’ rantai tersebut, dan membentuk air. Sebagian besar pembawa elektron pada rantai terkelompokkan ke dalam empat kompleks. Dua pembawa yang bisa berpindah tempat, ubikuinon (Q) dan sitikrom c (Cyt c), bergerak denan cepat, menantarkan elektron d antara kompleks-kompleks besar. Ketika menerima dan kemudian menyumbangkan elektron, kompleks I, III, dan IV memompa proton dari matriks mitokondria ke dalam ruang antarmembran.
FADH2 mendepositkan eelektronnya melalui kompleks II, sehingga menyebabkan lebih sedikit proton yang dipompakan ke dalam ruang antarmembran daripada yang terjadi dengan NADH. Energi kimia yang awalnya dipanen dari makanan ditransformasi menjadi gaya-gerak proton, yaitu gradien H+ di kedua sisi membran tersebut.
 Selama kemiosmosis, proton mengalir kembali menuruni radiennya melalui ATP sintase, yang tertanam dalam membran di dekat rantai transpor elektron. ATP sintase memanfaatkan gaya gerak-proton untuk memfosforilasi ADP, membentuk ATP. Transpor elektron dan kemiosmosis bersama-sama menyusun fosforilasi oksidatif.
D.    FERMENTASI DAN RESPIRASI ANAEROBIK
Fermentasi dan respirasi anaerob memungkinkan sel menghasilkan  ATP tanpa menggunakan oksigen.
Karena sebagian besar ATP yang di hasilkan  oleh respirasi selular merupakan kerja fosforilasi oksidatif, estimasi kita mengenai perolehan   ATP dari respirasi aerobic bergantung pada suplai oksigen yang memadai  ke sel. Tanpa oksigen yang elektronegatif untuk menarik electron menuruni rantai transport , fosforilasi oksidatif akan berhenti . akan tetapi, ada dua mekanisme umum yang dapat digunakan sel tertentu untuk mengoksidasi bahan bakar organic dan membentuk ATP tanpa menggunkan oksigen yaitu respirasi anaerobic dan fermentasi. Perbedaan antara kedua mekanisme ini terletak pada kehadiran rantai transport electron . (rantai transport electron disebut juga rantai respirasi karena peranannya dalam respirasi selular.)
   Kita sebelumnya telah menyebutkan respirasi anaerobic , yang berlangsung dalam organism prokariota tertentu yang hidup di lingkungan tanpa oksigen . organism ini memiliki  rantai transport electron  tapi tidak menggunakan oksigen sebagai penerima electron terakhir di ujung rantai tersebut . oksigen melakukan fungsi ini dengan sangat baik karena sifatnya yang sangat elektronegatif , namun zat-zat lain yang kurang  elektronegatif juga dapat berperan sebagai penerima elektron terakhir . beberapa bakteri laut ‘pereduksi – sulfat’, misalnya ,menggunakan ion sulfat (SO4 -2) di ujung rantai respirasinya  . Bekerjanya rantai ini menghasilkan gaya gerak – proton yang di gunakan untuk menghasilkan ATP , namun produk sampingan yang terbentuk berupa H2S (hydrogen sulfide), bukan air.
1.      Fermentasi
Fermentasi adalah cara memanen energy kimia tanpa menggunakan oksigen maupun rantai transport electron manapun dengan kata lain, tanpa respirasi selular. Jika oksigen memang ada , maka ATP tambahan akan di buat melalui fosforilasi oksidatif ketika NADH  meneruskan electron yang di pindahkan dari glukosa ke rantai transport electron. Namun glikolisis menghasilkan 2 ATP terlepas dari apakah oksigen ada atau tidak  artinya ,pada kondisi aerobic maupun anaerobic.
Fermentasi merupakan pengembangan glikolisis yang memungkinkan  pembentukan  ATP terus menerus melalui  fosforilasi tingkat substrat pada glikolisis.
2.      Tipe-tipe Fermentasi
Fermentasi terdiri atas gliklolisis plus reaksi - reaksi  yang meregenerasi (membentuk kembali) NAD+ dengan cara mentransfer electron dari NADH ke pirufat atau turunan piruat. NAD+ kemudian dapat digunakan ulang untuk mengoksidasi gula melalui glikolisis ,dengan hasil netto 2 molekul ATP melalui fosforilasi tingkat substrat. Dua bentuk fermentasi yang umum adalah fermentasi alcohol dan fermentasi asam laktat.
a.       Pada  fermetasi alcohol (alcohol fermentation) pirufat di ubah menjadi etanol (etil alcohol) dalam dua langkah. Langkah pertama melepaskan karbon dioksida dari piruvat, yang di ubah menjadi senyawa berkarbon-dua,asetildehida. Pada langkah ke dua, asetildehida diredksi menjadi etanol oleh NADH. Reduksi ini meregeneasi suplai NAD+ yang di butuhkan agar glikolisis berlanjut. Banyak bakteri melaksanakan fermentasi alcohol selama ribuan tahun.
b.      Fermentasi asam laktat (lactic acid fermentation), pirufat direduksi secara langsung oleh NADH untuk membentuk laktat sebagai produk akhir, tanpa pelepasan CO2. (laktat merupakan bentuk terionisasi dari asam laktat.) Fermentasi asam laktat oleh fungsi dan bakteri tertentu di manfaatkan dalan industry pengolahan susu untuk membuat keju dan yoghurt.
Proses Fermentasi (sumber: Biology by Campbell 8th edition, Hal 178)
E.     FOTOSINTESIS
1.      Fotosintesis Mengubah Energi Cahaya Menjadi Energi Kimia pada Makanan
Kloroplas: Tempat Fotosintesis pada Tumbuhan
Kloroplas terutama ditemukan dalam sel mesofil (mesophyll), jaringan di interior daun. Karbonn dioksida memasuki daun, dan oksigen keluar, melalui pori-pori mikroskopik yang disebut stomata.
Menyusuri Perjalanan Atom dalam Fotosintesis: Penelitian Ilmiah
Jika ada cahaya, bagian-bagian hijau dari tumbuhan menghasilkan senyawa-senyawa organik dan oksigen dari karbon dioksida dan air. Dengan menggunakan rumus-rumus molekul, kita dapat merangkum serangkaian reaksi kimia yang kompleks dalam fotosintesis dengan persamaan kimia ini:
6CO2 + 12 H2O + Energi Cahaya ® C6Hl2O6 + 6O2 + 6 H2O
Penguraian Air
Kloroplas memecah air menjadi hidrogen dan oksien. Van Niel, dari Stanford University, menyelidiki fotosintesis pada bakteri yang membuat karbohidratnya dari CO2 namun tidak melepaskan O2. Van Niel menyimpulkan bahwa, setidaknya pada bakteri ini, CO2 tidak dipecah menjadi karbon dan oksigen. Inilah persamaan pada bakteri sulfur tersebut:
CO2 + 2 H2S ® [CH2O] + H2O + 2 S
Melacak Atom melalui Fotosintesis (sumber: Biology by Campbell 8th edition, Hal 188)

Fotosintesis sebagai Proses Redoks
Fotosintesis membalik arah aliran elektron. Air dipecah, dan elektron ditransfer bersama-sama ion hidrogen dari air ke karbon dioksida, yang mereduksinya menjadi gula.
DUA TAHAP FOTOSINTESIS
Kedua tahap fotosintesis dikenal sebagai reaksi terang dan siklus Calvin.
Kerjasama Reaksi Terang dan Siklus Calvin (sumber: Biology by Campbell 8th edition, Hal 189)
 



1.      Reaksi Terang Fotosintesis
Reaksi terang merupakan tahap-tahap fotosintesis yang mengubah energi surya menjadi energi kimia. Reaksi terang menggunakan tenaga surya untuk mereduksi NADP+ menjadi NADPH dengan cara menambahkan sepasang elektron bersama-sama dengan H+. Reaksi terang juga menghasilkan ATP, menggunakan kemiosmosis untuk memberikan tenaga bagi penambahan gugus fosfat ke ADP, proses yang disebut fotofosforilasi (photophosphorylation). Dengan demikian energi cahaya awalnya diubah menjadi energi kimia dalam bentuk dua senyawa: NADPH, dan ATP. Reaksi terang tidak menghasilkan gula, pembentukan gula terjadi pada tahap kedua fotosintesis, yaitu siklus Calvin. Tilakoid kloroplas merupakan tempat berlangsungnya reaksi terang.
Kloroplas adalah pabrik kimiawi yang memperoleh tenaga dari matahari. Tilakoid dalam kloroplas mentransformasi energi cahaya menjadi energi kimia dalam ATP dan NADPH.

2.      Reaksi Gelap Fotosintesis / Daur Calvin
Siklus Calvin dinamakan menurut Melvin Calvin yang bersama-sama para koleganya mulai mengungkapkan langkh-langkah siklus tersebut pada akhir tahun 1940-an. Siklus Calvin diawali dengan penggabungan CO2 dari udara ke dalam molekul organik yang sudah ada dalam kloroplas. Siklus Calvin kemudian mereduksi karbon yang terfiksasi menjadi karbohidrat melalui penambahan elektron. Tenaga pereduksi disediakan oleh NADPH, yang menerima muatan elektronnya dalam reaksi terang. Untuk mengubah CO2 menjadi karbohidrat, siklus Calvin juga membutuhkan energi kimia dalam bentuk ATP, yang juga dibentuk oleh reaksi terang. Dengan demikian, siklus Calvin-lah yang membuat gula, namun siklus hanya dapat melakukannya dengan bantuan NADPH dan ATP yang dihasilkan oleh reaksi terang. Langkah-langkah metabolik pada siklus Calvin terkadang disebut sebagai reaksi gelap, atau reaksi tak-bergantung-cahaya, sebab tak ada satupun dari langkah itu yang membutuhkan cahaya secara langsung. Siklus Calvin pada sebagian besar tumbuhan terjadi pada siang hari, karena hanya pada waktu itulah reaksi terang dapat menyediakan NADPH dan ATP. Siklus Calvin terjadi dalam stroma.
Siklus Calvin terbagi menjadi 3 (tiga) fase:
Fase I: Fiksasi karbon.
Fase II: Reduksi.
Fase III: Regenerasi Penerima CO2

Siklus Calvin (sumber: Biology by Campbell 8th edition, Hal 189)
 

struktur dan fungsi hewan


BAB 4
STRUKTUR DAN FUNGSI TUBUH HEWAN
1.     Struktur Dan Fungsi Tubuh Hewan
a.      Jaringan
Jaringan, yaitu struktur yang dibentuk oleh sekumpulan sel-sel yang biasanya memiliki sifat-sifat morfologis dan fungsi yang sama. Pada hewan multiseluler, dikenal ada empat jenis jaringan dasar, yaitu (1) jaringan epitel, (2) jaringan penyambung atau jaringan ikat, (3) jaringan otot, dan (4) jaringan saraf. Keempat jaringan dasar tersebut masih dapat dipecah menjadi berbagai jenis jaringan.
·        Jaringan Epitel
Jaringan epitel, yaitu jaringan yang terdiri atas sel-sel yang biasanya bentuknya sama yang berkumpul dengan sangat erat dengan bahan ekstra seluler atau matriks yang sangat sedikit. Jaringan epitel dapat mengalami pelipatan ke dalam atau invaginasi menembus jaringan di bawahnya, dan berkembang menjadi sel-sel sekresi atau sel-sel kelenjar. Jaringan epitel dibentuk dari ketiga lapisan lembga, yaitu ektoderem, endoderem, dan mesoderem.
Ciri-ciri umum jaringan epitel, antara lain sebagai berikut :
1.      Sel-sel penyusunnya saling berikatan erat sehingga membentuk lapisan sel. Biasanya batas antar selnya sulit dilihat.
2.      Bentuk sel dan bentuk inti bervariasi.
-        Epitel pipih (gepeng, skuamosa): inti bulat panjang tersusun horizontal.
-        Epitel kubus (kuboidal): inti bulat
-        Epitel silindris (batang, kolumnar): inti bulat panjang tersusun vertical.
3.      Mempunyai lamina basalis.
Pada permukaan basal semua jaringan epitel terdapat suatu struktur ekstra sel berupa lapisan tipis yang disebut lamina basalis yang berfungsi sebagai pelekat dan pengait jaringan epitel ke jaringan pengikat di bawahnya, dan sebagai penyalur nutrisi.
4.      Mempunyai permukaan sel yang disesuaikan dengan fungsinya.
-        Mikrovilli: merupakan tonjolan-tonjolan sel berdiameter 0.08 mm, panjang 1 mm. Fungsi: memperluas permukaan sel guna absorbs zat. Misalnya terdapat pada jonjot usus halus.
-        Silia: merupakan tonjolan-tonjolan sel berdiameter 0,2 mm. Panjang 8 mm. Fungsi: untuk pergerakan atau tranpor zat. Misalnya terdapat pada tuba rahim.
-        Stereo silia: merupakan mikrovilli yang besar dan panjang. Fungsi: memperluas permukaan sel. Misalnya terdapat pada rongga saluran reproduksi jantan.
-        Flagella: merupakan tonjolan sel berdiameter 0,6 mm, panjang 30 mm. Fungsi: untuk pergerakan. Misalnya terdapat pada spermatozoid.
-        Interdigitasi: merupakan cekukan-cekukan kecil dipermukaan sel yang berbentuk seperti jari. Fungsi: untuk memperkuat pelekatan sel sejaringan. Misalnya terdapat pada sel-sel absorptive saluran urin dalam ginjal.
Menurut struktur dan fungsinya, jaringan epitel dibagi menjadi dua golongan utama, yaitu epitel penutup dan epitel kelenjar. di samping itu terdapat dua macam epitel khusus, yaitu epitel persarafan dan epitel pergerakan.
1.      Jaringan epitel penutup (covering epithelia) merupakan jaringan epitel yang sel-selnya tersusun seperti lapisan yang menutupi permukaan luar atau melapisi rongga-rongga tubuh. Jaringan ini dapat dibagi lagi menurut jumlah lapisan sel dan bentuk sel-sel penyusunnya (tabel 1.1). Epitel sederhana atau epitel berlapis tunggal hanya mengandung satu lapisan sel; epitel berlapis banyak mengandung lebih dari satu lapisan sel. Disamping itu terdapat epitel berlapis semu, yaitu epitel yang tersusun atas selapis sel dengan ketinggian sel yang tidak sama, tidak semua sel mencapai permukaan, tetapi semua sel melekat pada membrane bassalis. Pada kandung kemih misalnya, terdapat epitel transisional, tersusun atas sel-sel yang aga membulat. Ketika kandung kemih meregang karena terisi urine, sel-sel epitelnya kan berubah menjadi agak pipih.
Tabel 1.1. Tipe dan distribusi epitel penutup
Berdasarkan jumlah lapisan selnya
Berdasarkan bentuk selnya
Distribusi
Sederhana (berlapis tunggal / simple epithelia)
-        Pipih
Melapisi pembuluh darah (endo-tel), lapisan serosa rongga (meso-tel) dari pericardium, pleura, perironeum.
-        Kubus
Melapisi ovarium, tiroid
-        Silindris
Melapisi usus, kandun empedu
Berlapis semu (pseudostratified epithelia)
Silindris
Melapisi trakea, bronkus, rongga hidung.
Berlapis banyak (stratified epithelis)
-        Pipih menaduk
Kulit
-        Pipih tidak menaduk
Rongga mulut, esophagus, vagina
-        Kubus
Kanalis analis. Folikel ovarium yang sedang berkembang.
-        Silindris
Konjungtiva
-        Transisional
Kandung kemih, ureter, kaliks ginjal

2.      Jaringan epitel kelenjar (glandular epithelia) dibentuk oleh sel-sel khusus, menghasilkan secret atau getahan cair yang berupa enzim, hormone, musin, atau lemak. Kelenjar yang mempunyai saluran pengeluaran (duktus) unutk menyalurkan hasil sekresinya, disebut kelenjar eksokrin. Kelenjar yang tidak mempunyai saluran pengeluaran disebut kelenjar endokrin atau kelenjar buntu, sekretnya berupa hormone diepaskan langsung ke dalam pembuluh darah. Beberapa organ dapat berperan sebagai kelenjar eksokrin dan endokrin sekaligus, misalnya hati dan pankreas. Kelenjar eksokrin mengandung sel-sel penghasil sekret (bagian sekretori) dan duktus kelenjar atau saluran pengeluaran untuk menyalurkan hasil sekresinya.
 






















·        Jaringan Ikat/Konektif
Jaringan ikat atau jaringan penyambung terdapat diantara jaringan-jaringan atau diantara organ-organ, atau membungkus organ-organ, berkembang dari jaringan embrionik, mesenkim. Jaringan mesenkim terdiri atas sel-sel mesenkim yang mempunyai saluran-saluran sitoplasma, diantara sel-selnya terdapat zat antar sel yang amorf dalam jumlah besar.
 





















Jaringan pengikat dibangun oleh tiga macam komponen, yaitu sel, serabut, dan zat dasar yang amorf. Berbeda dengan jaringan laninnya, komponen fungsional utama jaringan pngikat adalah komponen ekstraselnya.
Dalam jaringan ikat terdapat  serabut kolagen, elastic, dan reticulum.
1.      Serabut kolagen: tersusun paralel membentuk berkas, dalam jumlah sedikit tidak berwarna, dalam jumlah banyak berwarna putih.
2.      Serabut elastic: lebih halus dari serabut kolagen, tidak terdapat dalam berkas, tetapi berupa serabut yang bercabang dan beranastomosis, dalam jumlah sedikit tidak berwarna, dalam jumlah banyak berwarna kuning.
3.      Serabut reticulum: merupakan serabut yang paling halus, tidak terdapat dalam berkas, bercabang dan beranastomosis sehingga membentuk gambaran seperti jala.
Jaringan pengikat mengandung beberapa jenis sel yang mempunyai sifat morfologi dan fungsi yang berbeda-beda, tetapi tubuh dari sel yang sama, yaitu  sel mesenkim. Sel-sel  yang terdapat pada jaringan antara lain: fibroblas, makrofag, sel mast, sel plasma, sel adipose, dan leukosit.
1.      Fibroblas merupakan sel yang paling sering ditemukan dalam jaringan pengikat. Sel ini mempunyai saluran-saluran sitoplasma yang tidak teratur. Dalam preparat histologist, biasanya membrane sel dan sitoplasmanya sulit terlihat, inti berbentuk lonjong dan lebih besar dari inti sel lainnya. Fibroblas yang sudah tua disebut fibrosit, berukuran lebih kecil, dan saluran sitoplasmanya lebih sedikit.
2.      Makrofag (histiosit) ada dua macam, yaitu makrofag yang menetap dan makrofag yang mengembara. Makrofag yang menetap berbentuk kumparan atau bintang, berinti bulat telur dengan kromatin padat. Makrofag yang mengembara berbentuk tidak beraturan dengan inti bulat yang mengandung kromatin padat.
3.      Sel mast berukuran besar, berbentuk bulat telur, berinti bulat yang terletak di tengah sel, sitoplasmanya penuh dengan granula basofilik yang mudah menyerap warna.
4.      Sel plasma (plasmasit) sulit ditemukan dalam jaringan pengikat karena jumlahnya sedikit, terdapat pada jaringan yang terkena radang, organ lomfoid dan bagian-bagian tubuh yang menjadi sasaran masuknya kuman. Ukuran sel ini besar, berbentuk bulat telur atau bulat dengan inti eksentris, sitoplasma banyak mengandung reticulum endosplasma kasar.
5.      Sel adipose (sel lemak) merupakan sel yang terkhususkan untuk menyimpan lemak. Sel ini berbentuk polyhedral dengan vakuola besar berisi lemak, sitoplasma dan inti terdesak ke tepi. Sel adipose dapat ditemukan soliter, atau dalam kelompok-kelompok kecil.
6.      Leukosit (sel darah putih) berasal dari darah atau limfe yang keluar dari  pembuluhnya ketika terjai peradangan. Jenis leukosit yang biasanya ditemukan pada jaringan pengikat adalah eosinofil, basofil dan limfossit
Jaringan pengikat dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

 















Jaringan pengikat biasa tidak memiliki komponen tunggal yang menonjol.
1.      Jaringan pengikat longgar (jaringan areolar), mengandung semua komponen jaringan pengikat. Sel yang paling banyak terdapat adalah fibrolas, kemudian makrofag. Serabut kolagen, elastic dan reticulum terdapat dalam proporsi kecil.
2.      Jaringan pengikat padat, komponen-komponen jaringan ini sama dengan yang terdapat pada jaringan pengikat longgar, tetapi serabut kolagennya lebih menonjol, dan jumlah selnya lebih sedikit. Berdasarkan letak atau susunan serabut-serabutnya, jaringan ini dibedakan menjadi jaringan pengikat padat teratur (berkas kolagennya tersusun sejajar dan rapat), dan jaringan pada tidak teratur (berkas kolagennya tersususn ke segala arah).
Jaringan pengikat dengan sifat khusus, terdiri dari:
1.      Jaringan adiposa: terdiri atas sel-sel adiposa (sel lemak), diantaranya terdapat serabut kolagen dan reticulum. Terdapat pada subkutan, omentum, dan mesenterium.
2.      Jaringan elastic: terdiri atas berkas serabut elastic yang tebal dan sejajat, diantaranya terdapat jaringan pengikat longgar. Terdapat pada ligament kuning kolumna vertebralis dan ligament suspensorium penis.
3.      Jaringan hematopoietic (jaringan reticulum): terdiri atas sel-sel reticulum dan serabut-serabut reticulum yang disintesanya. Sel reticulum berbentuk bintang, mempunyai saluran-saluran sitoplasma yang berhubungan satu sama lain. Terdapat pada organ-organ hematopoietic, yaitu sumsum merah tulang dan organ-organ limfoid.
4.      Jaringan mukosa: mengandung banyak zat dasar dan fibroblast, serabut kolagen dan sedikit serabut elastik atau reticulum.
Jaringan pengikat penyokong (penunjang) ada dua, yaitu jaringan tulan rawan dan jaringan tulang.
1.      Jaringan tulang rawan (kartilago) merupakan jaringan penunjang yang liat dan lentur. Berbeda dengan jaringan pengikat lainnya, tulang rawan tidak mengandung pembuluh darah, pembuluh limfe dan saraf. Berdasarkan jenis dan banyaknya serabut dalam matriksnya, dapat dibedakan tiga macam tulang rawan, yaitu tulang rawan hialin, tulang rawan elastk, dan tulang rawan fibrosa (tulang rawan serabut).
a.       Tulang rawan hialin. Disebut demikian karena matriksnya terlihat jernih, mengandung serabut kolagen dalam bentuk anyaman halus dan rapat; serabut dan zat dasarnya mempunyai indeks bias yang sama.
b.      Tulang rawan elastic. Struktur jaringan tulang rawan elastic serupa dengan tulang rawan hialin. Perbedaannya hanya terletak pada macam dan jumlah serabut dalam matriksnya. Disamping memiliki serabut kolagen yang tidak terlihat, tulang rawan elastic juga memilki sejumlah besar serabut elastic yang tersusun bercabang-cabang dan beranastomosis.
c.       Tulang rawan fibrosa, tidak memiliki perikondrium, jumlah dan ukuran kondrositnya lebih kecil daripada kondrosit kedua tulang rawan lainnya. Kondrosit kebanyakan tersusun dalam deretan diantara berkas-berkas serabut kolagen.
2.      Tulang merupakan jaringan dalam tubuh yang paling keras. Jaringan tulang terdiri dari tiga komponen, yaitu sel tulang, matriks tulang, dan jaringan pengikat yang melapisi tulang (pelapis sebelah luar disebut periosteum, sedangkan pelapis sebelah dalam disebut endoosteum). Sel-sel tulang ada tiga macam, yaitu:
a.       Osteoblas (sel induk tulang),
b.      Osteosit (sel tulang dewasa),
c.       Osteoklas.
Macam-macam jaringan tulang berdasarkan rongga didalamnya, jaringan tulang dibedakan menjadi tulang kompak (tulang padat), dan tulang bunga karang (tulang sponsa).
a.       Tulang kompak. Cirri khas tulang kompak yaitu tersusun atas sistem-sistem Havers (osteon). System havers mengandung 4-20 lamela Havers yang tersusun konsentris mengelilingi saluran Havers. Saluran Havers berhubungan berhubungan dengan saluran Havers yang lain melalui saluran melintang atau miring yang disebut saluran Volksmann. Diantara lamela-lamela terdapat lakuna yang berisi osteosit. Osteosit dari lamela yang satu berhubungan dengan osteosit dari lamella yang lain melalui salurn-saluran halus yang disebut kanalikuli. Diantara sistem-sistem Havers terdapat lamela-lamela interstisial yang juga mengandung lacuna bersisi osteosit.
b.      Tulang bunga karang, secara makroskopis tulang bunga karang mempunyai banyak rongga yang saling berhungan. Berbeda dengan tulang kompak, tulang bungan karang tidak memiliki sistem Havers, tetapi terdiri atas trabekula-trabekula tulang yang bercabang-cabang dan beranastomosis. Dalam trabekula terdapat osteosit yang terletak di dalam lakuna.
·        Jaringan Otot
Jaringan otot merupakan jaringan khusus yang berfungsi untuk pergerakan aktif, karena tersusun atas sel-sel otot yang mempunyai kemampuan untuk berkontraksi. Kemampuan otot untuk berkontraksi disebabkan oleh adanya serabut intarseluler atau miofibril yang kontraktil.
Sel otot umumnya memanjang, sehingga disebut juga serabut otot. Bagian-bagian sel otot mempunyai sebutan khusus: membrane selnya disebut sarkolema, sitoplasmanya disebut sarkoplasma, reticulum endosplasmanya disebut retikulum sarkoplasma, dan mitokondrianya disebut sarkosoma.
Pada vertebrata terdapat tiga tipe jaringan otot, yaitu oto rangka, otot jantung dan otot polos. Secara histologist, otot rangka dan otot jantung tergolong sebagai otot lurik atau otot serat lintang, karena miofibrilnya memantulkan cahaya gelap dan terang berselang-seling yang berjajar teratur membentuk pita-pita vertical terhadap poros otot.
1.      Otot rangka
Disebut otot rangka, karena tipe jaringan otto ini kebanyakan melekat pada rangka. Sel atau serabut otot berbetuk silindris dengan diameter 10-100 mm dan panjang 1-400 mm, mempunyai banyak inti yang terletak di tepi sitoplasmanya. Tiap serabut otot diselaputi oleh jaringan pengikat yang disebut endomisium. Beberapa serabut otot bergabung membentuk berkas otot (fasikulus), yang diselaput oleh jaringan pengikat perimisium. Beberapa berkas otot bergabung membentuk gumpal otot yang diselaputi oleh jaringan pengikat epimisium. Dalam jaringan pengikat yang menyelaputi otot terdapat serabut kolagen, serabut elastik, fibroblast, dan pembuluh darah.
 


                              Nukleus





2.      Otot jantung
Otot jantung terdapat khusus pada jantung, tersusun atas serabut otot lurik berbentuk silindris yang bercabang-cabang dan beranastomosis. Ukuran serabut otot jantung lebih kecil dari otot rangka. Tiap sel mempunyai 1-2 inti yang terletak di tengah-tengah sarkoplasma. Cirri khas otot jantung adalah adanya diskus interkalaris, yaitu suatu kompleks junction yang menghubungkan sel-sel yang berdekatan.
 








3.      Otot polos
Otot polos terdapat pada organ-organ dalam, sehingga disebut juga otot visera. Disebut otot polos, karena miofibrilnya tidak memantulkan cahaya berselang-seling, sehingga sarkoplasmanya tampak polos dan homogen. Sel oto polos berbentuk gelendong dengan diameter 5-10 mm dan panjang 3-200 mm, mempunyai sebuah inti di tengah-tengah sarkoplasma. Sel-sel otot polos dapat bergabung membentuk fasikulus, dan beberapa fasikulus membentuk gumpal otot.
 


                        nukleus




·        Jaringan saraf
Jaringan saraf merupakan jaringan khusus yang membangun sistem saraf. Pada hewan vertebrata, jaringan saraf didistribusikan ke seluruh tubuh sebagai suatu jaringan komunikasi yang terpadu.
Jaringan saraf terdiri atas dua macam sel, yaitu sel saraf (neuron) dan sel jaringan antar saraf (neuroglia).
Neuron atau sel saraf merupakan sel utama dari jaringan saraf yang memilki sifat iritabilitas dan konduktifitas. Bentuk dan ukuran neuron sangat bervariasi. Pada umunya neuron terdiri atas sebuah badan neuron (perikarion), beberapa dendrit dan sebuah akson. Ciri khas perikarion adalah adanya badan Nissl (retikulum endoplasma kasar dan ribosom bebas), berupa butiran atau kepingan kasar yang tersebar dalam sitoplasmanya. Umunya setiap perikarion mengandung sebuah inti yang terletak di tengah. Dendrit merupakan saluran sitoplasma yang berjumlah banyak, masing-masing bercabang pendek. Akson merupakan sebuah saluran sitoplasma yang panjang dan silindris, bagian ujungnya bercabang-cabang yang disibut telodendria.
Neuroglia adalah sel jantar saraf atau penunjang sel saraf. Bentuk neuroglia sangat bervariasi dan berukuran jauh lebih kecil dari neuron.
Serabut saraf adalah akson beserta selubung-selubungnya. Menurut selubung yang membungkusnya, serabut saraf dibedakan menjadi serabut saraf berselubunjg mielin dan selubung saraf tidak berselubung mielin. Pada serabut saraf berselubung mielin, lapisan membran sel Schwann (=selubung Schwann atau selubung neurilema) membentuk selubung mielin yang membungkus akson secara bergulung-gulung. Batas antara sel Schwann yang satu dengan yang berikutnya berupa gentingan yang disebut nodus Ranvier.
Serabut saraf tidak bermielin umumnya merupakan serabut saraf yang berdiameter kecil. Pada serabut saraf ini satu sel Schwann tidak membungkus satu akson secara individual, tetapi membungkus beberapa akson ataupun beberapa fasikulus saraf bersama-sama.
Saraf atau urat saraf merupakan kumpulan berkas (fasikulus) saraf. Setiap fasikulus saraf terdiri dari banyak serabut saraf. Serabut jaringan yang lain, jaringan saraf juga mempunyai selaput jaringan pengikat, yaitu endoneurium yang membungkus serabut saraf, perineurium yang membungkus fasikulus saraf, dan epineurium yang membungkus saraf.

b.      Organ dan Sistem Organ
Organ merupakan kumpulan jarinmgan-jaringan berbeda yang bekerja sama dalam melakukan fungsi tertentu. Sedangkan sistem organ merupakan kumpulan dari beberapa organ yang bekerja sama dalam melakukan suatu fungsi tertentu.
1.      Sistem Pencernaan
Sistem pencernaan terdiri atas sebuah saluran panjang, disebut saluran alimentari atau saluran pencernaan, serta organ terkait, termasuk hati, kandung empedu, dan pankreas. Saluran pencernaan makanan berawal di mulut
(makanan dikunyah, dilumasi oleh air liur dan digerakkan oleh lidah) dan berlanjut ke tenggorokan atas (faring) dan masuk ke dalam esofagus. Setelah itu dilanjutkan ke lambung dan usus halus. Lambung menyimpan 1,5 liter atau lebih makanan, dan mencernanya baik secara fisik dan kimiawi. Usus halus melanjutkan pemecahan kimiawi dan merupakan tempat penyerapan utama zat gizi kedalam aliran darah. Setelah iti dlanjutkan ke usus besar dan dikeluarkan melalui rektum dan anus.
2.      Sistem Sirkulasi
Sistem sirkulasi terdiri atas jantung, pembuluh darah, dan darah. Jantung merupakan sebuah organ kuat dengan besar sekitar kepalan tangan. Terletak tepat disebelah kiri tengan diantara paru-paru, jantung bertindak sebagai dua pompa terkoordinasi yanmg mengirim darah keseluruh tubuh.
Darah merupakan sekumpulan sel khusus yang terendam di dalam cairan berwarna yang disebut plasma. Darah membawa oksigen dan zat gizi ke sel tubuh, mengambil zat sisa, mengantar hormon, menyebar ke seluruh tubuh untuk mengatur suhu, dan berperan dalam melawan infeksi dan menyembuhkan cedera.
Pembuluh darah terdiri atas pembuluh darah arteri, vena dan kapiler. Pembuluh darah arteri membawa darah dari jantung menuju organ dan jaringan diseluruh tubuh. Pembuluh darah vena merupakan pembuluh darah yang membawa darah dari seluruh tubuh kembali ke jantung. Adapun pembuluh darah kapiler merupakan pembuluh darah terkecil dan paling banyak yang mwmbawa darah diantara arteri dan vena.
                                                                                                                     
 




                                                                                               





3.      Sistem Respirasi
      Udara masuk ke dalam tubuh melalui hidung (atau mulut). Dari luibang hidung menuju rongga hjidung yang terbuka dalam tengkorak dan bergabung degan faring menuju ke belakang. Faring merupakan pipa berbentuk corong yang memanjang ke bawah leher. Bagian pertama faring hanya dilewati udara tapi di bagian bawah makanan dan cairan dapat melaluinya. Laring tempat pita suara, bergabung dengan faring menuju trakea. Lipatan tulang rawan yang longgar, epiglotis terletak tepat di atas laring dan menutupnya saat menelan agar makanan dan cairan tidak masuk ke dalam trakea. Trakea terbagi menjadi dua saluran napas disebut bronkus primer dimana satu bronkus menuju ke paru-paru kanan dan satu bronkus menuju ke paru-paru kiri. Setiap bronkus terbagi lagi menjadi bronkus sekunder dan tersier. Akhirnya menjadi bronkiolus kecil. Percabangan ini disebut pohon bronkus. Dalam paru berpasangan yang menyerupai corong terjadi pertukaran darah.
 



















4.      Sistem kekebalan dan limfatik
Sistem sistem pertahanan tubuh yang mampu beradaptasi ini terpusat pada sel darah putih khussu, yaitu limfosit (sel imun utama, memiliki inti sel besar yang hampir mengisi seluruh sel, berupa sel B atau T, tergantung pada perkembangan sel). Sel ini bereaksi terhadap serangan berbagai macam mikroorganisme. Rumitnya sistem ini bertujuan untuk menciptakan kekebalan yaitu setelah serangan pertama, tubuh menjadi terlindung atau resisiten terhadap serangan dari jenis mikroorganisme yang sama.
5.      Sistem ekskresi
Sistem ekskresi terdiri dari sepasang ginjal,sepasang ureter,satu kandung kemih,dan satu uretra.seluruh komponen ini menjalankan fungsi sistem ekskresi yakni mengatur folume dan komposisi cairan tubuh, memindahkan zat sisa dari darah serta membuang zat sisa dan kelebihan air dari tubuh dalam bentuk urine
6.      Sistem endokrin
Sistem endokrin merupak sistem yang terdapat dalam tubuh dan berfungsi untuk mengkordinasi aktifitas tubuh (misalnya pencernaan, metabolisme,dll). Komponen utama dalam sistem endokrin yaitu pituitari(hipofisis), tiroid, pankreas, kelenjar penghjasil hormon lain.
7.      Sistem reproduksi
Sistem reproduksi termasuk sistem utama dalam tubuh merupakan sistem yang sangat berbeda di dua jenis kelamin dan satu satunya yang belum bekerja sampai pubertas tiba sel sistem pria menghasilkan kelamin (gamet) yang di sebut sperma.tidak seperti perkembangan sel telur wanita yang terjadi dalam siklus dan berhenti saat manopause,produksi sperma terus berlanjut tetapi berkurang berlahan seiring penuaan.
8.      Sistem saraf
Sistem saraf terdiri atas tiga komponen, yang dikelompokkan berdasarkan anatomi dan fungsinya. Sitem saraf pusat CNS (central nervous system), adalah pusat struktur dan mekanisme kerja tubuh. Sistem ini terdiri atas otak dan saraf utamnya sumsum tulang belakang yang mengalir di dalam tulang belakang.
9.      Sistem integumen
Sistem integumen merupakan sistem perlindungan terhadap cedera mekanisinfeksi, dan pengeringan. Komponen utama dalam sistem ini adalah kulit dan aksesorisya, misalnya rambut, kuku, dan kelenjar kulit.
10.  Sistem kerangka
Sistem kerangka merupakn sistem yang terpenting dalam pergerakan serta penopang dan perlindungan tubuh. Sistem kerangka jg berfungsi untuk melindung organ organ vital tubuh seprti jantung, hati, lambung, otak,dll. Adapun komponen utama dari sistem kerangka yaitu, tulang sejati, tendon, ligamen, dan tulang rawan.
11.  Sistem otot
Sistem otot dan sistem rangka sangat berkaitan erat karena otot yang ada dalam tubuh berfungsi untuk menggerakkan atau lokomosi. Komponen utama dalam sistem otot adalah otot rangka.

Sistem Organ
Komponen Utama
Fungsi Utama
Pencernaan
Mulut, faring, esofagus, lambung, usus halus, hati, pankreas, anus
Pengolahan makanan (penelanan, pencernaan, penyerapan, pembuangan)
Sirkulasi
Jantung, pembuluh darah, darah
Distribusi internal bahan-bahan
Respirasi
Paru-paru, trakea, pipa pernapasan lain
Pertukaran gas (pengambilan oksigen; pembuangan karbon dioksida)
Kekebalan dan limfatik
Sumsum tulang, nodus limfa, timus, limpa, pembuluh limfa, sel darah putih
Pertahanan tubuh (perlawanan terhadap infeksi dan kanker)
Ekskresi
Ginjal, ureter, kandung kemih, uretra
Pembuangan sisa metabolisme; pengaturan keseimbangan osmotik darah)
Endokrin
Pituitari (hipofisis), tiroid, pankreas, kelenjar panghasil hormon lain
Kooordinasi aktivitas tubuh (misalnya pencernaan metabolisme)
Reproduksi
Ovarium, testis, dan organ-organ terkait
Reproduksi
Saraf
Otak, sumsum tulang belakang, saraf, organ sensori
Koordinasi aktivitas tubuh; deteksi stimulus dan formulasi atau penentuan respons terhadap stimulus
Integumen
Kulit dan aksesorisnya (misalnya rambut, kuku, dan kelenjar kulit)
Perlindungan terhadap cedera mekanis, infeksi, pengeringan
Kerangka
Kerangka (tulang sejati, tendon, ligamen, tulang rawan)
Penyokong tubuh, perlindungan organ internal
Otot
Otto rangka
Pergerakan, lokomosi

2.     Reproduksi pada Hewan
a.      Reproduksi aseksual
Pada perkembangbiakan secara aseksual, organisme baru yang dihasilkan merupakan hasil pembentukan yang bersal dari individu induk atau sebagian tubuh individu induk. Cara seperti ini meliputi:
1.      Fission, fragmentasi, pembentukan zooid, Strobilasi, dan pembentukan gemmula. Fission antara lain dijumapi pada amoeba dan stentor. Fisiion pada amoeba dan stentor terjadi dengan cara pembelahan mitosis dan replikasi strukrut-struktur intenal. seluruh tubuh hewan turut dalam kegiatan reproduksi.
2.      Fragmentasi dapat dijumpai pada annelida oscillatoria. Pada annelida satu individu akan terbagi menjadi dua individu dan selanjutnya kedua individu tersebut akan membentuk segmen-segmen yang baru.
3.      Zooid atau calon invidu baru dapat dijumpai pada planaria. Calon individu baru telah terbentuk sebelum dilepaskan. Proses ini hampir sama dengan fission.
4.      Strobilasi dapat dijumpai pada Scypomedusa dimana bentuk polip dapat membentuk zooid secara aseksual, kemudian zooid yang matang dilepaskan dan berkembang menjadi ephyrae. Phyrae selanjutnya berkembang menjadi medusa yang memilki gonad sehingga dapat berepruduksi secara seksual menghasilkan larva planula. Selanjutnya berkembang menjadi polip yang baru.
b.     Reproduksi seksual
Perkembangbiakan secara seksual adalah perkembangbiakan yang melibatkan dua individu yang berbeda jenis kelaminnya atau melibatkan fusi dua buah gamet yang berbeda misalnya sperma dan telur. Beberapa ciri-ciri umum dari perkembangbioakan yang berlangsung secara seksual adalah:
1.                  Individu baru yang dihasilkan melibatkan fusi dua sel kelamin yang berbeda.
2.                  Individu baru yang dihasilkan bervariasi sebagai akibat adanya rekombinasi genetik pada pembentukan gamet pada fase profase miosis pertama, dan adanya fertilisasi yang mengakibatkan persilangan antara materi genetik dari kedua parental.
3.                  Pada organisme dimorfik, kedua parental yang berbeda jenis kelaminnya mutlak dibutuhkan, sedangkan pada organisme hermaprodit adalah relatif.
4.                  Umumnya berlangsung pada organisme yang telah dewasa secara seksual, kecuali pada organisme terntentu seperti Ambistoma americana, sebangsa salamander, dimana perkembangbiakan berlangsung pada stadium larva. Peristiwa ini disebut Neoteni.
5.                  Vertebrata tinggi pada umumnya membutuhkan alat0alat repruduksi khusus yang sangat terspesialisasi, adalah alat reproduksi utama berupa gonad dan alat reproduksi tambahan berupa saluran-saluran reproduksi dan kelenjar-kelenjar assesori lainnya.
Untuk terbentuknya suatu zigot, diperlukan penggabunganm dua gamet pada saat fertilasasi. Dikenal ada  tiga tipe penggabungan gamet adalah:
1.      Isogami,  adalah persatuan dua buah gamet yang secara morfologi sama, tetapi secara fisiologis dan genetik berbeda. Misalnya pada beberapa jenis protozoa.
2.      Heterogami atau Anisogami, adalah persatuan dua gamet yang secara morfologis berbeda, adalah mikrogamet yang bersifat motil dan makrogamet yang bersifat non motil.
3.      Oogami, adalah persatuan antara dua gamet berupa sperma dan sel telur.
Beberapa variasi dalam reproduksi seksual antar lain adalah Ginogenesis, Neoteni dan Poliembrioni.
1.      Neoteni adalah reproduksi yang berlangsung pada stadium larva misalnya larva pada salamander tertent (Ambystoma americana) larvana disebut larva dewasa atau adult larva.
2.      Ginogenesis adalah cara reproduksi dimana tidak melibatkan peleburan antara dua materi genetik induk, misalnya pada ikan-ikan terntentu sperma hanya diperlukan untuk merangsang pertumbuhan embrio,jadi yang dihasilkan adalah individu betina.
3.      Poliembrioni adalah cara reproduksi dimana dalam satu kali pembiakan dihasilkan lebih dari satu anak misalnya pada Armadillo quadruplets yang ada di mexico, .bagaimana cara alami menghasilkan 4 anak dari satu zigot

c.     Reproduksi pada manusia
·        Sistem Reproduksi Perempuan
Sistem reproduki perempuan meliputi indung telur (ovarium), suatu sistem saluran kelamis (tuba uterine, rahim atau uterus dan vagina) dan alat kelamin luar. Kelenjar mamae atau kelenjar susu walaupun bukan alat kelamin, termasuk dikelompok ini karena merupakan kelenjar penting dalam system reproduksi perempuan. Fungsi utama sistem ini yang dikelola oleh mekanisme hormon dan saraf, menghasilkan gamet betina yaitu ovum melalui peristiwa oogenesis; kemudian menyediakan lingkungan yang cocok untuk terjadi fertilisasi oleh spermatozoa dan perkembangan fetus, selanjutnya mekanisme untuk pengeluaran janin.
                                                                                   
1.     Anatomi sistem reproduksi perempuan
Ovarium tergolong kelenjar ganda karena ia menghasilkan getah eksokrin dan endokrin. Bentuk ovarium lonjong, gepeng dengan ukuran 5 x 21 cm. alat ini tergantung pada mesovarium yaitu ligamentum suspensorium ovary yang berisi pembuluh darah dan saraf ovarium serta ligament ovary proprium. Permukaan ovarium fungsional berbenjol-benjol karena tonjolan folikel-folikelnya. Jika dipotong melintang akan terlihat bagian korteks dan medulla/stroma. Pembuluh darah utama terletak dibagian tengan. Lapisan luar ovarium yang sudah berkembang lengkap terdiri dari epitel (pipih atau kuboid) dan lapisan fibrosa subepitel, disebut tunika albugenia ovarium yang bertanggung jawab akan warna kepurihan dari ovarium.
Tuba uterine sangat mobil dan hanya terfiksasi pada sudut uterus dan ligamentum suspensorium ovary. Tuba uterine dibagi menjadi 3 bagian : (1) fimbriae. Ujung dekat ovary; (2) ampula, bagian tuba yang melebar;  (3) isthmus, bagian menyempit yang masuk ke uterus.
Uterus adalah organ berbentuk buah pir dengan bagian yang melebar disebut korpus, bagian atsanya disebut fundus, bagian bawahnya yang silindris bermuara kedalam vagina disebut servik atau leher uterus. Didnding uterus terdiri dari 3 lpisan: (1) lapisan lluar serosa (jaringan penyambung dan mesotel) atau adventisia (jaringan penyambung); (2) miometrium, suatu tunika oto polos; (3) endometrium, merupakan mukosa uterus/selaput lender yang membatasi dinding bagian dalam vagina, dindingnya tak mengeluarkan kelenjar, ada 3 lapisan ; lapisan mukosa, lapisan muskularis, lapisan fibrosa. Mucus yang terdapat dalam lumen vagina berasal dari kelenjar-kelenjar sevik. Genetalia eksterna (Vulva) perempuan terdiri dari klitoris, labia minora, labia majora. Kelenjar vestibularis

·        Sistem Reproduksi Laki-laki
Sistem reproduksi laki-laki terdiri atas testis, saluran reproduksi (epididimis, duktus seminalis, duktus ejakularis dan uretra), kelenjar-kelenjar (vesikula seminalis, prostat, bulbouretralis), dan alat kelamin luar yaitu penis.
     Testis merupakan organ reproduksi utama pada jantan,yang biasnya berpasangan, dan dikelilingi oleh jaringan ikat yang disebut tunika albugenia. Testis berfungsi untuk menghasilkan spermatozoa dan hormon hormon jantan, utamanya andro gen. Di dalam testis terdapat saluran halus yang melilit yang disebut tubulus seminefurus dimana spermatogenesis berlangsung.
Tubulus semineferus terdiri atas tunika jaringan ikat fibrosa, lamina basalis, epitel germinativum. Epitel germinal terdiri atas sel sel spermatogenetik yang terdiri atas 4-8 lapisan sel yang menempati ruang antara membran basalis dan lumen tubulus. Diantara sel sel spermatogenetik terdiri atas spermatogonia, spermatosit, spermatid,dan spermatozoa. Sel sertoli paling sedikit memiliki tiga fungsi adalah sebagai penyokong, pelindung, dan mengatur nutrisi spermatozoa yang sedang berkembang,fagositosis dan sekresi androgen binding protein atau ABP.
Epididimis merupoakn jarigan yang menghubungkan antara testis dengan vas deferens, terdiri atas 3 daerah utama caput, korpus, dan cauda. Caput adalah bagian depan atau kepala yang menampung cairan testis yang berisi spermatozoa lewat ductuli efferentes.corpus adalah bagian tengah atau badan, melekat pada bagian samping testes, sedangkan cauda adalah bagian ujung atau ekor yang berhubungan dengan vas deferens. Epididimis dibatasi oleh jaringan ikat pada bagian luar, lapisna tipis otot polos di tengah dan epitel berlapis banyak palsu di bagian dalam yang membatasi lumen epididimis. Secara umum epididimis berfungsi untuk absorbsi, maturasi, transportasi, penyimpang spermatozoa dan eliminasi sperma yang tersimpan terlalu lama dan tidak di ejakulasi. Pada manusia, testis menghasilkan cairan 20-40 ml/hari. Cairan tersebut akan diabsorbsi kembali epididimis bagian caput sebanyak 98%. Mekanisme eliminasi spermatozoa pada epididimis adalah mengalami fragmentasi lalu diabsorbsi oleh epitel, difagositosis oleh sel darah putih, dan disalurkan ke uretra yang akan keluar bersama dengan urine.
Kelenjar-kelenjar aksesori terdiri atas vesikula seminalis, kelenjar prostat dan kelenjar bulbourethra. Ketiga kelenjar tersebut terdapat dalam keadaan berpasangan.
Penis terdiri atas 3 massa silindris jaringan erektil dan urethra. Bagian luarnya diliputi oleh kulia. Dua diantara selinder tersebut adalah korpora kavernosa penis yang terletak pada bagian dorsal dan yang satunya terletak dibagian ventral dan disebut korpus kavernosum urethrae dan mengelilingi urethra. Pada bagian ujungnya mengalami pelebaran membentuk glans penis.