HALAMAN
PENGESAHAN
Laporan
lengkap praktikum Perkembangan Hewan dengan judul “ Pemberian Obat pada Hewan
Uji “ yang disusun oleh :
Nama : Adzhar Arsyad
Nim : 1214041004
Kelas : A (Pendidikan Biologi)
Kelompok : II ( Dua )
Telah
diperiksa dengan seksama oleh Asisten dan Koordinator Asisten, maka dinyatakan
diterima.
Makassar, November 2013
Koordinator Asisten,
Achmad Faqih
NIM:
101404003
|
Asisten
Ifa Safira
NIM: 101404017
|
Mengetahui
Dosen Penanggung
Jawab,
Drs. H. Adnan, M.S
NIP.19650201
198803 1 003
|
A. Dasar Teori
Mencit
( Mus musculus ) merupakan hewan
laboratorium yang paling luas dan paling banyak digunakan untuk praktikum.
Mencit merupakan anggota dari Muridae ( tikus-tikusan) yang berukuran kecil.
Mencit mudah dijumpai di rumah-rumah dan dikenal sebagai hewan pengganggu
karena kebiasaannya menggigiti mebel dan
barang-barang kecil lainnya, serta bersarang di sudut-sudut lemari. Hewan ini
diduga sebagai mamalia
terbanyak kedua di dunia, setelah manusia. Mencit
sangat mudah menyesuaikan diri dengan perubahan yang dibuat oleh manusia,
bahkan jumlahnya yang hidup liar di hutan barangkali lebih sedikit daripada
yang tinggal di perkotaan. Mencit percobaan (laboratorium) dikembangkan dari
mencit, melalui proses seleksi.
Sekarang mencit juga dikembangkan sebagai hewan peliharaan (Amori,
1996).
Pemberian obat pada hewan uji dapat
diberikan secara per oral, subkutan, intramuscular, intravena,dan
intraperitonial. ‘Secara per oral dapat dilakukan dengan mencampurkan dengan
makanan, bisa juga dengan menggunakan jarum khusus berukuran khusus 20 dan
panjang 5 cm untuk memasukkan obat langsung pada bagian esophagus hewan uji. jarum ini ujungnya bult dan berlubang ke samping. Rute sebkutan
paling mudah dilakukan pada mencit. Obat-obat dapat diberikan kepda mencit
dengan jarum yang panjangnya 0,5-1,0 cm dan ukuran 22-24 gauge. Obat bisa
disuntikkan di bawah kulit di daerah punggung atau di daerah perut. Kekurangan
rute ini adalah obat harus dapat larut dalam cairan hingga dapat disuntikkan.
Rute pemberian obat secara intramuscular lebih sulit dikarenakan otot mencit sangat kecil, obat bisa
disuntikkan ke otot paha bagian belakang dengan jarum panjang 0,5-1,0 cm dan
ukuran 24 gauge. Suntikan tidak boleh terlalu dalam agar tidak terkena
pembuluh darah. Cara interperitonial hampir sama dengan cara intramuscular, yaitu suntikan
dilakukan di daerah abdomen di antara cartilage xiphoidea dan symphisis pubis (Siswandono, 1995)
Factor-faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi hasil percobaan
adalah faktor internal dan
faktor eksternal.
Adapun faktor internal
yang dapat mempengaruhi hasil percobaan meliputi variasi biologic (usia dan jenis kelamin) pada usia hewan semakin muda
maka semakin cepat reaksi yang ditimbulkan,
ras dan sifat genetik, status
kesehatan dan nutrisi, bobot tubuh dan luas permukaan tubuh. Factor eksternal yang dapat mempengaruhi hasil
percobaan meliputi suplai oksigen, pemeliharaan lingkungan fisologik (keadaan
kandang,suasana asing atau baru, pengalaman hewan dalam pemberian obat, keadaan
rangan tempat hidup seperti sush, kelembaban, ventilasi, cahaya, kebisingan
serta penempatan hewan), pemeliharaan keutuhan struktur ketika menyiapkan
jaringan atau organ untuk percobaan (Adnan, 2013).
B. Tujuan Praktikum
Mahasiswa dapat mengetahui cara pemberian obat pada hewan percobaan
dengan baik dan benar dengan cara intra muscular, intra peritoneal, sub kutan
dan per oral.
C. Prosedur kerja
1. Cara memegang hewan percobaan sehingga
siap diberi sediaan uji
-
Mengangkat ujung ekor mencit dengan tangan
kanan.
-
Meletakkan pada suatu tempat yang
permukaannya tidak licin (missal rem kawat pada penutup kandang), sehingga bila
ditarik mencit akan mencengkeram.
-
Lalu kulit pada
bagian tengkuk mencit dijepit dengan telunjuk dan ibu jari tangan kiri
sedangkan ekornya tetap dipegang dengan tangan kanan kemudian tubuh mencit
dibalikkan sehingga permukaan perut menghadap ke kita dan ekor dijepit di
antara jari manis dan kelingking tangan kiri.
2. Cara memberikan obat pada hewan percobaan
a) Oral
-
Pemberian obat
dilakukan dengan menggunakan jarum suntik yang ujungnya tumpul (sonde oral).
-
Memegang mencit
dengan menjepit bagian tengkuk menggunakan ibu
jari dan jari telunjuk, dan ekornya dijepit diantara jari manis dan kelingking.
-
Memerhatikan posisi kepala mencit. Pastikan posisi kepala menengadah atau posisi dagu sejajar dengan tubuh
dan mulut terbuka sedikit.
-
Menempelkan sonde oral pada langit-langit
mulut atas mencit kemudian memasukkannya perlahan-lahan sampai ke esophagus kemudian memasukkan cairan obat.
b) Subkutan
-
Pemberian obat
dilakukan dengan menggunakan jarum suntik yang ujungnya runcing.
-
Memegang mencit
dengan mencubit bagian tekuk
menggunakan ibu jari dan jari telunjuk, dan ekornya dijepit diantara jari manis
dan kelingking.
-
Mencit yang akan disuntik tidak dalam keadaan
terbalik (tetap telungkup)
-
Membersihkan bagian yang akan disuntikkan
dengan alkohol 70 %.
-
Menyuntikkan cairan obat dari arah depan pada
bagian kulit tengkuk belakang telinga
mencit yang telah dicubit
-
Usahakan penyuntikan dilakukan dengan cepat agar tidak terjadi pendarahan.
c) Intra muscular
-
Pemberian obat
dilakukan dengan menggunakan jarum suntik yang ujungnya runcing.
-
Memegang mencit
dengan menjepit bagian tekuk menggunakan ibu jari dan jari telunjuk, dan
ekornya dijepit diantara jari manis dan kelingking.
-
Memposisikan hewan dalam keadaan terbalik dan
menarik keluar kaki belakang agar paha posterior lebih terlihat.
-
Membersihkan bagian tubuh mencit yang akan
disuntik dengan alkohol 70 %.
-
Menyuntikkan obat pada otot paha bagian
posterior dengan kemiringan jarum suntik
tidak lebih 40°.
d) Intra peritoneal
-
Pemberian obat
dilakukan dengan menggunakan jarum suntik yang ujungnya runcing.
-
Memegang mencit
dengan menjepit bagian tekuk menggunakan ibu jari dan jari telunjuk, dan
ekornya dijepit diantara jari manis dan kelingking.
-
Memposisikan tubuh mencit dalam keadaan
terbalik dengan kepala lebih rendah dari abdomen
-
Membersihkan bagian abdomen bagian agak tepi
yang akan disuntik dengan menggunakan alkohol 70 %.
-
Menyuntikkan obat
dengan kemiringan 10° berlawanan arah dengan kepala (arah jarum ke bagiann
perut) pada bagian abdomen agak menepi dari garis tengah perut agar jarum
suntik tidak terkena kandung kemih dan tidak terlalu tinggi agar tidak
penyuntikan pada hati.
D. Hasil
pengamatan
1.
Cara memegang hewan percobaan sehingga siap diberi sediaan uji
2. cara pemberian
obat pada hewan uji
Oral
|
|
Gambar praktikum
|
Gambar pembanding
|
Sub kutan
|
|
Gambar praktikum
|
Gambar pembanding
|
Intra muscular
|
|
Gambar praktikum
|
Gambar pembanding
|
Intra peritoneal
|
|
Gambar praktikum
|
Gambar pembanding
|
E. Pembahasan
1. Cara memegang
hewan percobaan sehingga siap diberi sediaan uji
Pada praktikum pemberiaan obat pada hewan uji, pertama kali yang
dilakukan adalah memegang
mencit dengan benar. Adapun cara
memengang menccit yang benar yaitu itu dengan mengangkat ujung ekor mencit
dengan tangan dan mengeluarkannya dari kandang kemudian meletakkannya di tempat
yang permukaannya kasar (misalnya pada rang
kawat pada penutup kandang), kemudian menjinakkannya dengan cara mengelus-elus bagian tekuk mencit menggunakan jarin
telunjuk.
Stress pada mencit ditandai dengan mekarnya rambut pada tubuh mencit lalu
tubuhnya bergetar, mencitpun jadi liar. Kemudian
setelah mencit tenang kita menarik kulit pada bagian tengkuk mencit dengan jari
tengah dan ibu jari tangan kiri, dan tangan kanan memegang ekornya lalu
membalikkan tubuh mencit sehingga menghadap ke atas dan menjepit ekor dengan
kelingking dan jari manis tangan kiri. Pada percobaan
yang kami lalukan sebanyak 3 dari 4 mencit yang coba kami jinakkan terlihat
stress sehingga bertindak liar.
2.
Cara
memberikan obat pada hewan percobaan
a)
Oral
Pemberian obat secara oral pada mencit dilakukan dengan alat
suntik yang dilengkapi jarum berujung tumpul sonde oral), dengan cairan obat
sebanyak (aquades) 1 ml. Kita menarik kulit pada bagian tengkuk
mencit dengan jari tengah dan ibu jari tangan kiri, dan tangan kanan memegang ekornya lalu membalikkan tubuh mencit sehingga menghadap ke kita dan menjepit
ekor dengan kelingking dan jari manis tangan kiri. Dimana posisi kepala mencit menengadah dan mulutnya sedikit terbuka, sonde
oral (jarum tumpul) ditempatkan pada langit langit mulut atas mencit kemudian
memasukkan perlahan sampai ke esophagus dan cairan obat dimasukkan.
b)
Subkutan
Pemberian
obat secara Subkutan yaitu dengan melakukan penyuntikan di bawah kulit pada
daerah tengkuk,denga terlebih dahulu tengkuk dicubit dengan jempol dan
telunjuk. kemudian bersihkan area kulit yang akan disuntik dengan alcohol 70%. Masukkan cairan obat sebanyak 0,5 ml dengan
menggunakan alat suntik 1 ml secara horisontal dari arah depan menembus kulit. Penyuntikan ini dilakukan dengan cepat untuk menghindari
pendarahan yang terjadi dengan kepala mencit.
c)
Intramuscular
Pemberian cairan obat disuntikkan pada paha
posterior. Mencit dipegang dengan cara menyamping.
Dimana ibu jari dan telunjuk
memegang kepala mencit dengan tangan kiri kemudian kelingking dan jari manis
memegang paha dan perut bagian kiri mencit. Bersihkan area kulit yang akan
disuntik dengan alcohol 70%. Masukkan obat dengan menggunakan alat suntik 1 ml
sebanyak 0,05 ml.
d)
Intraperitoneal
Pemberian obat secara intraperitoneal yaitu dengan cara Mencit dipegang dan diposisikan telentang,
pada penyuntikan posisi kepala lebih rendah dari abdomen. Jarum disuntikkan
dari abdomen yaitu, pada daerah yang menepi dari garis tengah, agar jarum
suntik tidak terkena kandung kemih dan tidak terlalu tinggi supaya tidak
terkena penyuntikan pada hati. Masukkan obat dengan menggunakan alat suntik 1
ml sebanyak 1 ml.
F. Kesimpulan
Adapun cara pemberian obat terhadap hewan uji dapat dilakukan
dengan 4 cara, yaitu:
a.
Cara oral yaitu memasukkan obat
melalui mulut hingga mencapai esophagus.
b.
Cara
intramuscular yaitu menyuntikkan obat pada bagian posterior paha.
c.
Cara
intraperitoneal yaitu menyuntikkan
obat pada bagian abdomen.
d.
Cara subkutan yaitu menyuntikkan
obat pada bagian bawah kulit pada daerah tengkuk
G. Saran
Sebaiknya
praktikan lebih berhati-hati pada saat melakukan pemberian obat, baik itu
melalui mulut, maupun melalui penyuntikkan sehingga kegiatan praktikum tidak
membahayakan bagi praktikan maupun bagi hewan uji.
Daftar Pustaka
Adnan, dkk. 2013.
Penuntun Praktikum Perkembangan Hewan.
Makassar : Jurusan Biologi FMIPA UNM.
pada tanggal 23 November 2013.
Siswandono, B .1995. Kimia Medisinal. Surabaya : Airlangga Press
0 comments:
Post a Comment