JURNAL PENELITIAN
Oleh:
Adzhar Arsyad
Program Studi Pendidikan Biologi
121 404 1004
Jurusan Biologi
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Universitas Negeri Makassar
2013
Membuktikan Kebenaran Percobaan Lazzaro Spallanzani
Yang Telah Meruntuhkan Teori Abiogenesis
Adzhar Arsyad
Program studi pendidikan biologi FMIPA UNM Makassar
Abstrak
Telah dilakukan penelitian mengenai kebenaran pecobaan
yang dilakukan oleh Lazzaro Spallanzani pada tahun 1768 untuk membantah teori
abiogenesis yang pertama kali dikemukakan oleh Aristoteles. Aristoteles bahwa makhluk hidup terjadi secara spontan dan
berasal dari benda mati. Pendapat ini kemudian dikenal dengan istilah generatio
spontanea. Pendapat ini pula dianut oleh john needham, seorang pendeta
Irlandia yang mengadakan eksperimen
antara tahun 1745-1750 dengan menggunakan rebusan padi-padian dan daging,
mendapatkan bahwa walaupun air rebusan tersebut disimpan rapat-rapat dalam
botol tertutup namun tetap timbul
mikroba. Untuk melakukan percobaan yang sama dengan
percobaan yang telah dilakukan Lazzaro Spallanzani maka, dilakukan 3 perlakuan
yang berbeda pada air kaldu yang telah diisi pada ketiga tabung yang telah
disediakan. Tabung pertama yang berisi air kaldu tidak dipanasi, ditutup rapat
dan di tetesi lilin pada antara celah mulut dengan tutup maka, setelah 5 hari
maka air kaldu berubah menjadi keruh. Tabung kedua yang yang berisi air kaldu dipanasi tapi tidak
ditutup maka,setelah 5 hari air berubah menjadi keruh dan berbau, sedangkan
pada tabung ketiga yang berisi air kaldu yang telah dipanasi lalu ditutup rapat
setelah 5 hari tidak mengalami perubahan. Sehingga dari percobaan ini, terbukti
kebenaran percobaan yang sebelumnya pernah dilakukan oleh Lazzaro Spallanzani.
Kata kunci: biogenesis,
abiogenesis, air kaldu, mikroba.
Abstrac
Has done research on the truth pecobaan by Lazzaro
Spallanzani in 1768 to refute the theory of abiogenesis which was first
proposed by Aristotle. Aristotle that living organisms arose spontaneously from
dead matter. This opinion was later known as spontaneous generation. This
opinion is also shared by john needham, an Irish priest who conducted
experiments between the years 1745-1750 by using boiled grains and meat, found
that although the cooking water is stored in a tightly sealed bottle but still
arise microbes. To perform the same experiment with the experiments that have
been done Lazzaro Spallanzani then, do 3 different treatments in broth that has
been filled in on the third tube that has been provided. The first tube
containing broth was not heated, sealed and used as drops of wax on oral
crevice between the lid then, after 5 days it turned into a murky broth. Second
tube containing broth is heated but not closed then, after 5 days of water
turned into murky and smelly, while the third tube containing broth that has
been heated and then sealed after 5 days did not change. So from this
experiment, proved the truth of the previous experiment ever undertaken by
Lazzaro Spallanzani
Key note: biogenesis, abiogenesis, broth, microbes.
1.
PENDAHULUAN
Menurut Kusnadi (2003), pada periode spekulasi dan perintisan, para ahli
falsafah, ahli kedokteran, atau ahli ilmu pengetahuan lainnya terutama biologi
dan kimia, mencari jawaban dari berbagai masalah yang timbul di lingkungannya,
terutama yang berhubungan dengan aspek kehidupan pada masa itu, diantaranya:
a. Bagaimana
dan darimana kehidupan itu berasal?
b. Mengapa
dan bagaimana penyakit dapat menyebar dan menular?
c. Proses
apa yang terjadi, sehingga bahan makanan menjadi rusak, busuk, berlendir?
Sebelum abad 17
orang menganggap bahwa makhluk hidup itu terbentuk secara spontan atau
terbentuk dengan sendirinya.
Contohnya, ulat timbul dengan sendirinya dari bangkai tikus, cacing timbul
dengan sendirinya dari dalam lumpur, dan tikus muncul dari gudang padi. Paham
inilah yang disebut Generatio spontanea
atau paham abiogenesis artinya makhluk hidup dapat terbentuk dari bukan makhluk
hidup. Paham ini dipelopori oleh Aristoteles dan John Nedham. (Drs. H. Abu
Ahmadi dkk,1991)
Setelah disingkapkan
oleh Leeuwenhoek bahwa di alam terdapat sangat banyak makhluk mikroskopik, maka
timbullah rasa ingin tahu pada para ilmuan mengenai asal-usulnya (Stanier, 1980). Pada tanggal 9 Juni
1675, Leeuwenhoek menulis dalam buku hariannya, “menggunakan air hujan dalam
cawan”, dan pada tanggal 10 Juni 1675 ia melanjutkan, “sambil mengamati air
tersebut aku berkhayal bahwa aku menemukan makhluk-makhluk hidup; tetapi karena
amat sedikitnya serta tidak terdapati dengan mudah, maka hal ini tak dapat
kuterima sebagai hal yang benar”. Maka keesokan harinya ia pun kembali kepada
pengamatannya dan mencatat, “tak ada pikiran padaku bahwa kan tampak makhluk
hidup, tetapi setelah kuamati maka dengan penuh kagum aku melihat seribu
makhluk hidup dalam setetes air. Animalkulus itu merupakan jenis terkecil yang
pernah kulihat sampai kini”. Leeuwenhoek menuangkan penemuannya lengkap dengan
gambar melalui surat dan dikirim kepada sahabatnya (Pelczar, 2007).
Beberapa orang percaya
bahwa animalkules timbul dengan sendirinya dari sari bahan-bahan mati.
Sedangkan yang lain (termasuk
leewenhoek) berpendapat bahwa mereka terbentuk dari “benih” atau “kuman”
animalkulus tersebut yang selalu ada di udara. Pendapat mengenai pembentukan
makhluk hidup dari benda mati dikenal sebagai doktrin generasio spontanea atau abiogenesis. Dan pendapat ini bertahan untuk waktu yang
lama. Pada zaman dahulu dianggap terbukti sendiri bahwa banyak tumbuhan dan
hewan dapat dibangkitkan dengan sendirinya dalam keadaan tertentu. Doktrin
abiogenesis dianut begitu saja sampai zaman renaissance (Stanier,
1980).
Selama beberapa tahun teori abiogenesis diterima
oleh para ahli pada saat itu, tetapi selang beberapa waktu kemudian banyak para
ahli biologi, kimia, kedokteran dan ahli lainnya yang tidak setuju dengan teori
tersebut (Kusnadi, 2003).
Fransisco Redi (1626-167) seorang ahli
kedokteran Italia mencoba membuktikan ketidakbenaran pendapat “generatio
spontanea” dengan membuat percobaan-percobaanyang hasilnya menyatakan bahwa
hewan kecil (lalat) yang muncul pada berbagai substrat berasal dari telur yang
diletakkan induknya (Kusnadi, 2003).
Lazzaro Spallanzani mengadakan percobaan yang pada prinsipnya sama
dengan percobaan Francesco Redi, tetapi langkah percobaan Spallanzani lebih
sempurna. Sebagai bahan percobaannya, Spallanzani menggunakan air kaldu atau
air rebusan daging dan dua buah labu. Percobaan yang dilakukan Spallanzani
adalah sebagai berikut:
Labu I: diisi air 70 cc air
kaldu, kemudian dipanaskan 150C selama beberapa menit dan dibiarkan tetap terbuka (Warianto,
2012).
Labu II: diisi 70 cc air kaldu, ditutup rapat-rapat dengan sumbat
gabus. Pada daerah pertemuan antara gabus dengan mulut labu diolesi paraffin
cair agar rapat benar. Selanjutnya, labu dipanaskan.Selanjutnya,labu I dan II
didinginkan. Setelah dingin keduanya diletakkan pada tempat terbuka yang bebas
dari gangguan hewan dan orang. Setelah lebih kurang satu minggu, diadakan
pengamatan terhadap keadaan air kaldu pada kedua labu tersebut (Warianto,
2012).
Hasil percobaannya
adalah sebagai berikut :
1. Labu I: air kaldu
mengalami perubahan, yaitu airnya menjadi bertambah keruh dan baunya menjadi
tidak enak. Setelah diteliti ternyata air kaldu pada labu I ini banyak
mengandung mikroba (Warianto, 2012).
2. Labu II: air kaldu labu
ini tidak mengalami perubahan, artinya tetap jernih seperti semula, baunya juga
tetap serta tidak mengandung mikroba. Tetapi, apabila labu ini dibiarkan
terbuka lebih lama lagi, ternyata juga banyak mengandung mikroba, airnya
berubah menjadi lebih keruh serta baunya busuk (Warianto, 2012).
Berdasarkan hasil percobaan tersebut, Lazzaro Spallanzani
menyimpulkan bahwa mikroba yang ada didalam kaldu tersebut bukan berasal dari
air kaldu (benda mati), tetapi berasal dari kehidupan di udara. Jadi, adanya
pembusukan karena telah terjadi kontaminasi mikroba dari udara ke dalam r kaldu
tersebut (Azizah, 2012).
Schultze (1836) memperbaiki eksperimen Spallanzani dengan
mengalirkan udara lewat suatu asam atu basa yang keras ke dalam tabung yang
berisi kaldu yang telah direbus terlebih dahulu, namun para pendukung teori
abiogensis menyatakan bahwa udara lewat asam atau basa telah mengalami
perubahan sehingga tidak memungkinkan mikroba. Schroeder dan Theodor Von Dusch
(1854) melakukan percobaan yang serupa dengan Spallanzani dan Schwann tetapi
mereka menyaring udara yang masuk dengan kapas steril, hasilnya menunjukkan
bahwa tidak ada pertumbuhan dalam air rebusan daging yang telah di panaskan (Restiati,
2000).
Rangkaian percobaan yang telah dilakukan belum juga dapat
meruntuhkan keyakinan orang akan konsep generatio spontanea/ teori abiogenesis.
Baru setelah Louis Pasteur pada tahun
1865 melakukan percobaan dengan menggunakan labu berisi air kaldu yang ditutupi
oleh suatu pipa yang melengkung seperti leher angsa dapat meyakinkan orang
bahwa tidak ada kehidupan yang dapat timbul dari benda mati. Maka
disimpulkannya pendapat itu dengan ucapan omne vivum ex ovo, omne ovom ex vivo. Dengan demikian runtuhlah pandangan
yang menganggap bahwa mikroba dapat terjadi dari benda mati (generatio
spontanea/teori abiogenesis) dan muncul teori biogenesis (Restiati, 2000).
2. METODOLOGI
PENELITIAN
Bahan
30 ml air kaldu, sebuah
lilin berfungsi untuk menutup rapat antara celah penutup dan mulut botol serta
label kertas yang berfungsi untuk memberi kode pada tabung agar tidak tertukar
selama proses percobaan.
Alat
3 buah tabung
reaksi, 1 buah rak tabung, 2 buah sumbat gabus/karet yang sesuai, 1 lampu spiritus, 1 penjepit tabung reaksi, dan 1 buah rak tabung reaksi.
Prosedur percobaan
1.
Mengisi ketiga
tabung dengan kaldu masing-masing 10 ml.
2.
Menyumbat tabung
I dengan tutup gabus/karet dan menetesinya dengan lilin cair sela antar mulut
dengan tutup.
3.
Mendidihkan kaldu
tabung II di atas api lampu spiritus selama 2 menit, biarkan terbuka ( tanpa
tutup ).
4.
Mendidihkan
kaldu tabung III di atas api lampu spiritus selama 2 menit, segera menutup
tabung dengan gabus dan menetesi lilin cair sela antar mulut tabung dengan
tutupnya.
5.
Meletakkan semua
tabung percobaan pada rak tabung dan menyimpannya di atas meja kerja,
mengusahakan supaya terhindar dari gangguan hewan, cahaya matahari langsung dan
sumber panas lainnya.
Melakukan pengamatan
dan pencatatan setiap hari, selama 5 hari.
3. HASIL
DAN PEMBAHASAN
Tabel hasil pengamatan:
Tabung
|
Hari
|
|||||
I
(Rabu)
|
II (kamis)
|
III (jum’at)
|
IV (sabtu)
|
V
(minggu)
|
||
I
|
Warna
|
Tidak berwarna
|
Tidak berwarna
|
Tidak berwarna
|
Keruh
|
Keruh
|
Endapan
|
Tidak ada endapan
|
Tidak ada endapan
|
Tidak ada endapan
|
Ada endapan
|
Ada
endapan
|
|
Bau
|
Tidak berbau
|
Tidak berbau
|
Tidak berbau
|
Tidak berbau
|
Berbau
|
|
II
|
Warna
|
Tidak berwarna
|
Tidak berwarna
|
Keruh
|
Keruh
|
Keruh
|
Endapan
|
Tidak ada endapan
|
Tidak ada endapan
|
Tidak ada endapan
|
Ada endapan
|
Ada
endapan
|
|
Bau
|
Tidak berbau
|
Tidak berbau
|
Berbau
|
Berbau
|
Berbau
|
|
III
|
Warna
|
Tidak berwarna
|
Tidak berwarna
|
Tidak berwarna
|
Tidak berwarna
|
Tidak
berwarna
|
Endapan
|
Tidak ada endapan
|
Tidak ada endapan
|
Tidak ada endapan
|
Tidak ada endapan
|
Tidak
ada endapan
|
|
Bau
|
Tidak berbau
|
Tidak berbau
|
Tidak berbau
|
Tidak berbau
|
Tidak
berbau
|
Hasil percobaan ini menunjukkan bahwa:
1.
Tabung I (Tidak dipanasi tetapi disumbat)
a. Warna
Pada hari pertama, kedua dan ketiga belum ada
perubahan warna air kaldu. Namun, pada hari keempat air kaldu mulai terlihat
keruh ini merupakan pertanda bahwa organisme dari udara sudah banyak yang
hinggap begitu pula pada hari kelima kekeruhan air kaldu semakin bertambah.
b. Endapan
Pada hari
pertama, kedua dan ketiga belum ada endapan yang terbentuk. Namun, pada hari
keempat sudah terdapat endapan dan pada hari kelima endapan tersebut semakin
banyak.
c. Bau
Pada hari
pertama, kedua, ketiga dan keempat belum ada bau yang tercium yang berasal dari
air kaldu. Namun, pada hari kelima tercium bau dari air kaldu.
2.
Tabung II (Dipanasi tetapi tidak disumbat)
a. Warna
Pada hari
pertama dan kedua belum ada perubahan warna air kaldu. Namun, pada hari ketiga
air kaldu mulai terlihat keruh hal ini juga merupakan pertanda bahwa organisme
dari udara sudah banyak yang hinggap begitu pula pada hari keempat sampai hari
kelima kekeruhan air kaldu semakin bertambah.
b. Endapan
Pada hari
pertama, kedua dan ketiga belum ada endapan yang terbentuk. Namun, pada hari
keempat sudah terdapat endapan dan pada hari kelima endapan tersebut semakin
banyak.
c. Bau
Pada hari
pertama dan kedua belum ada bau yang tercium yang berasal dari air kaldu.
Namun, pada hari ketiga tercium bau dari air kaldu hingga hari keempat dan
kelima bau dari air kaldu semakin menyengat.
3.
II (Dipanasi dan disumbat)
Hari
pertama sampai pada hari kelima tidak ada perubahan baik warna, endapan dan
bau. Hal ini disebabkan karena tidak adanya kontaminasi antara air kaldu dengan
lingkungan sehingga tidak ada organisme yang masuk ke dalam air kaldu.
4. KESIMPULAN
Dari hasil penelitian ini
dapat disimpulkan bahwa:
1. Percobaan
Lazarro Spalanzani, merupakan protes dari paham abiogenesis, yang mengatakan
makhluk hidup berasal dari benda mati. Dan dari percobaan ini terbukti bahwa
tabung yang dibiarka terbuka, didalamnya terdapat mikroorganisme, ini semua membuktikan
bahwasanya makhluk hidup itu berasal dari makhluk hidup yang sudah ada
sebelumnya dan terdapat di udara
2.
penyebab keruhnya air kaldu pada tabung
yang terbuka adalah organisme dari luar udara yang hinggap dalam air kaldu
tersebut bukan dari air kaldu itu
sendiri sehingga percobaan ini bisa meruntuhkan teori abiogenesis.
DAFTAR
PUSTAKA
Ahmadi, Abu Drs.1991. Ilmu Alamiah Dasar. Rineka Cipta.Makassar.
Kusnadi, dkk. 2003. Mikrobiologi.
Bandung: Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA UPI
Pelczar, Jr. 2007. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta :
UI-Press
Ristiati,
Niputu Dra. 2000. Pengantar
Mikrobiologi Umum. Makassar: Departemen Pendidikan Nasional.
Stainer, 1980. Dunia Mikrobe I. Jakarta : Bhatara karya
Aksara
Warianto,
Chaidar. 2012. Asal
usul makhluk hidup. Jakarta: Bumi Aksara
0 comments:
Post a Comment