Sunday 6 April 2014

contoh pembuatan jurnal



JURNAL PENELITIAN









Oleh:
Adzhar Arsyad
Program Studi Pendidikan Biologi
121 404 1004
















Jurusan Biologi
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Universitas Negeri Makassar
2013



Membuktikan Kebenaran Percobaan Lazzaro Spallanzani
Yang Telah Meruntuhkan Teori Abiogenesis

Adzhar Arsyad
Program studi pendidikan biologi FMIPA UNM Makassar


Abstrak

Telah dilakukan penelitian mengenai kebenaran pecobaan yang dilakukan oleh Lazzaro Spallanzani pada tahun 1768 untuk membantah teori abiogenesis yang pertama kali dikemukakan oleh Aristoteles. Aristoteles  bahwa makhluk hidup terjadi secara spontan dan berasal dari benda mati. Pendapat ini kemudian dikenal dengan istilah generatio spontanea. Pendapat ini pula dianut oleh john needham, seorang pendeta Irlandia  yang mengadakan eksperimen antara tahun 1745-1750 dengan menggunakan rebusan padi-padian dan daging, mendapatkan bahwa walaupun air rebusan tersebut disimpan rapat-rapat dalam botol tertutup   namun tetap timbul mikroba. Untuk melakukan percobaan yang sama dengan percobaan yang telah dilakukan Lazzaro Spallanzani maka, dilakukan 3 perlakuan yang berbeda pada air kaldu yang telah diisi pada ketiga tabung yang telah disediakan. Tabung pertama yang berisi air kaldu tidak dipanasi, ditutup rapat dan di tetesi lilin pada antara celah mulut dengan tutup maka, setelah 5 hari maka air kaldu berubah menjadi keruh. Tabung kedua yang  yang berisi air kaldu dipanasi tapi tidak ditutup maka,setelah 5 hari air berubah menjadi keruh dan berbau, sedangkan pada tabung ketiga yang berisi air kaldu yang telah dipanasi lalu ditutup rapat setelah 5 hari tidak mengalami perubahan. Sehingga dari percobaan ini, terbukti kebenaran percobaan yang sebelumnya pernah dilakukan oleh Lazzaro Spallanzani.
Kata kunci: biogenesis, abiogenesis, air kaldu, mikroba.

Abstrac
Has done research on the truth pecobaan by Lazzaro Spallanzani in 1768 to refute the theory of abiogenesis which was first proposed by Aristotle. Aristotle that living organisms arose spontaneously from dead matter. This opinion was later known as spontaneous generation. This opinion is also shared by john needham, an Irish priest who conducted experiments between the years 1745-1750 by using boiled grains and meat, found that although the cooking water is stored in a tightly sealed bottle but still arise microbes. To perform the same experiment with the experiments that have been done Lazzaro Spallanzani then, do 3 different treatments in broth that has been filled in on the third tube that has been provided. The first tube containing broth was not heated, sealed and used as drops of wax on oral crevice between the lid then, after 5 days it turned into a murky broth. Second tube containing broth is heated but not closed then, after 5 days of water turned into murky and smelly, while the third tube containing broth that has been heated and then sealed after 5 days did not change. So from this experiment, proved the truth of the previous experiment ever undertaken by Lazzaro Spallanzani
Key note: biogenesis, abiogenesis, broth, microbes.
1.     PENDAHULUAN
             Menurut Kusnadi (2003), pada periode spekulasi dan perintisan, para ahli falsafah, ahli kedokteran, atau ahli ilmu pengetahuan lainnya terutama biologi dan kimia, mencari jawaban dari berbagai masalah yang timbul di lingkungannya, terutama yang berhubungan dengan aspek kehidupan pada masa itu, diantaranya:
a.       Bagaimana dan darimana kehidupan itu berasal?
b.      Mengapa dan bagaimana penyakit dapat menyebar dan menular?
c.       Proses apa yang terjadi, sehingga bahan makanan menjadi rusak, busuk, berlendir?
Sebelum abad 17 orang menganggap bahwa makhluk hidup itu terbentuk secara spontan atau terbentuk dengan sendirinya. Contohnya, ulat timbul dengan sendirinya dari bangkai tikus, cacing timbul dengan sendirinya dari dalam lumpur, dan tikus muncul dari gudang padi. Paham inilah yang disebut Generatio spontanea atau paham abiogenesis artinya makhluk hidup dapat terbentuk dari bukan makhluk hidup. Paham ini dipelopori oleh Aristoteles dan John Nedham. (Drs. H. Abu Ahmadi dkk,1991)
Setelah disingkapkan oleh Leeuwenhoek bahwa di alam terdapat sangat banyak makhluk mikroskopik, maka timbullah rasa ingin tahu pada para ilmuan mengenai asal-usulnya (Stanier, 1980). Pada tanggal 9 Juni 1675, Leeuwenhoek menulis dalam buku hariannya, “menggunakan air hujan dalam cawan”, dan pada tanggal 10 Juni 1675 ia melanjutkan, “sambil mengamati air tersebut aku berkhayal bahwa aku menemukan makhluk-makhluk hidup; tetapi karena amat sedikitnya serta tidak terdapati dengan mudah, maka hal ini tak dapat kuterima sebagai hal yang benar”. Maka keesokan harinya ia pun kembali kepada pengamatannya dan mencatat, “tak ada pikiran padaku bahwa kan tampak makhluk hidup, tetapi setelah kuamati maka dengan penuh kagum aku melihat seribu makhluk hidup dalam setetes air. Animalkulus itu merupakan jenis terkecil yang pernah kulihat sampai kini”. Leeuwenhoek menuangkan penemuannya lengkap dengan gambar melalui surat dan dikirim kepada sahabatnya (Pelczar, 2007).
Beberapa orang percaya bahwa animalkules timbul dengan sendirinya dari sari bahan-bahan mati. Sedangkan  yang lain (termasuk leewenhoek) berpendapat bahwa mereka terbentuk dari “benih” atau “kuman” animalkulus tersebut yang selalu ada di udara. Pendapat mengenai pembentukan makhluk hidup dari benda mati dikenal sebagai doktrin generasio spontanea atau abiogenesis.  Dan pendapat ini bertahan untuk waktu yang lama. Pada zaman dahulu dianggap terbukti sendiri bahwa banyak tumbuhan dan hewan dapat dibangkitkan dengan sendirinya dalam keadaan tertentu. Doktrin abiogenesis dianut begitu saja sampai zaman renaissance       (Stanier, 1980).
Selama beberapa tahun teori abiogenesis diterima oleh para ahli pada saat itu, tetapi selang beberapa waktu kemudian banyak para ahli biologi, kimia, kedokteran dan ahli lainnya yang tidak setuju dengan teori tersebut (Kusnadi, 2003).
Fransisco Redi (1626-167) seorang ahli kedokteran Italia mencoba membuktikan ketidakbenaran pendapat “generatio spontanea” dengan membuat percobaan-percobaanyang hasilnya menyatakan bahwa hewan kecil (lalat) yang muncul pada berbagai substrat berasal dari telur yang diletakkan induknya (Kusnadi, 2003).  Lazzaro Spallanzani mengadakan percobaan yang pada prinsipnya sama dengan percobaan Francesco Redi, tetapi langkah percobaan Spallanzani lebih sempurna. Sebagai bahan percobaannya, Spallanzani menggunakan air kaldu atau air rebusan daging dan dua buah labu. Percobaan yang dilakukan Spallanzani adalah sebagai berikut:
 Labu I: diisi air 70 cc air kaldu, kemudian dipanaskan 150C selama beberapa menit   dan dibiarkan tetap terbuka (Warianto, 2012).
Labu II: diisi 70 cc air kaldu, ditutup rapat-rapat dengan sumbat gabus. Pada daerah pertemuan antara gabus dengan mulut labu diolesi paraffin cair agar rapat benar. Selanjutnya, labu dipanaskan.Selanjutnya,labu I dan II didinginkan. Setelah dingin keduanya diletakkan pada tempat terbuka yang bebas dari gangguan hewan dan orang. Setelah lebih kurang satu minggu, diadakan pengamatan terhadap keadaan air kaldu pada kedua labu tersebut (Warianto, 2012).
         Hasil percobaannya adalah sebagai berikut :
1.    Labu I: air kaldu mengalami perubahan, yaitu airnya menjadi bertambah keruh dan baunya menjadi tidak enak. Setelah diteliti ternyata air kaldu pada labu I ini banyak mengandung mikroba (Warianto, 2012).
2.    Labu II: air kaldu labu ini tidak mengalami perubahan, artinya tetap jernih seperti semula, baunya juga tetap serta tidak mengandung mikroba. Tetapi, apabila labu ini dibiarkan terbuka lebih lama lagi, ternyata juga banyak mengandung mikroba, airnya berubah menjadi lebih keruh serta baunya busuk (Warianto, 2012).
Berdasarkan hasil percobaan tersebut, Lazzaro Spallanzani menyimpulkan bahwa mikroba yang ada didalam kaldu tersebut bukan berasal dari air kaldu (benda mati), tetapi berasal dari kehidupan di udara. Jadi, adanya pembusukan karena telah terjadi kontaminasi mikroba dari udara ke dalam r kaldu tersebut (Azizah, 2012).
Schultze (1836) memperbaiki eksperimen Spallanzani dengan mengalirkan udara lewat suatu asam atu basa yang keras ke dalam tabung yang berisi kaldu yang telah direbus terlebih dahulu, namun para pendukung teori abiogensis menyatakan bahwa udara lewat asam atau basa telah mengalami perubahan sehingga tidak memungkinkan mikroba. Schroeder dan Theodor Von Dusch (1854) melakukan percobaan yang serupa dengan Spallanzani dan Schwann tetapi mereka menyaring udara yang masuk dengan kapas steril, hasilnya menunjukkan bahwa tidak ada pertumbuhan dalam air rebusan daging yang telah di panaskan (Restiati, 2000).
Rangkaian percobaan yang telah dilakukan belum juga dapat meruntuhkan keyakinan orang akan konsep generatio spontanea/ teori abiogenesis. Baru setelah Louis  Pasteur pada tahun 1865 melakukan percobaan dengan menggunakan labu berisi air kaldu yang ditutupi oleh suatu pipa yang melengkung seperti leher angsa dapat meyakinkan orang bahwa tidak ada kehidupan yang dapat timbul dari benda mati. Maka disimpulkannya pendapat itu dengan ucapan omne vivum ex ovo, omne ovom ex vivo. Dengan demikian runtuhlah pandangan yang menganggap bahwa mikroba dapat terjadi dari benda mati (generatio spontanea/teori abiogenesis) dan muncul teori biogenesis (Restiati, 2000).




2.  METODOLOGI PENELITIAN
Bahan
30 ml air kaldu, sebuah lilin berfungsi untuk menutup rapat antara celah penutup dan mulut botol serta label kertas yang berfungsi untuk memberi kode pada tabung agar tidak tertukar selama proses percobaan.
Alat
3 buah tabung reaksi, 1 buah rak tabung, 2 buah sumbat gabus/karet yang sesuai, 1 lampu spiritus, 1 penjepit tabung reaksi, dan 1 buah rak tabung reaksi.
Prosedur percobaan
1.      Mengisi ketiga tabung dengan kaldu masing-masing 10 ml.
2.      Menyumbat tabung I dengan tutup gabus/karet dan menetesinya dengan lilin cair sela antar mulut dengan tutup.
3.      Mendidihkan kaldu tabung II di atas api lampu spiritus selama 2 menit, biarkan terbuka ( tanpa tutup ).
4.      Mendidihkan kaldu tabung III di atas api lampu spiritus selama 2 menit, segera menutup tabung dengan gabus dan menetesi lilin cair sela antar mulut tabung dengan tutupnya.
5.      Meletakkan semua tabung percobaan pada rak tabung dan menyimpannya di atas meja kerja, mengusahakan supaya terhindar dari gangguan hewan, cahaya matahari langsung dan sumber panas lainnya.
Melakukan pengamatan dan pencatatan setiap hari, selama 5 hari.
3.     HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel hasil pengamatan:
Tabung
Hari
I
(Rabu)
II (kamis)
III (jum’at)
IV (sabtu)
V (minggu)
I
Warna
Tidak berwarna
Tidak berwarna
Tidak berwarna
Keruh
Keruh
Endapan
Tidak ada endapan
Tidak ada endapan
Tidak ada endapan
Ada endapan
Ada endapan
Bau
Tidak berbau
Tidak berbau
Tidak berbau
Tidak berbau
Berbau
II
Warna
Tidak berwarna
Tidak berwarna
Keruh
Keruh
Keruh
Endapan
Tidak ada endapan
Tidak ada endapan
Tidak ada endapan
Ada endapan
Ada endapan
Bau
Tidak berbau
Tidak berbau
Berbau
Berbau
Berbau
III
Warna
Tidak berwarna
Tidak berwarna
Tidak berwarna
Tidak berwarna
Tidak berwarna
Endapan
Tidak ada endapan
Tidak ada endapan
Tidak ada endapan
Tidak ada endapan
Tidak ada endapan
Bau
Tidak berbau
Tidak berbau
Tidak berbau
Tidak berbau
Tidak berbau
Hasil percobaan ini menunjukkan bahwa:
1.      Tabung I (Tidak dipanasi tetapi disumbat)
a.    Warna
 Pada hari pertama, kedua dan ketiga belum ada perubahan warna air kaldu. Namun, pada hari keempat air kaldu mulai terlihat keruh ini merupakan pertanda bahwa organisme dari udara sudah banyak yang hinggap begitu pula pada hari kelima kekeruhan air kaldu semakin bertambah.
b.    Endapan
Pada hari pertama, kedua dan ketiga belum ada endapan yang terbentuk. Namun, pada hari keempat sudah terdapat endapan dan pada hari kelima endapan tersebut semakin banyak.
c.    Bau
Pada hari pertama, kedua, ketiga dan keempat belum ada bau yang tercium yang berasal dari air kaldu. Namun, pada hari kelima tercium bau dari air kaldu.



2.      Tabung II (Dipanasi tetapi tidak disumbat)
a.    Warna
Pada hari pertama dan kedua belum ada perubahan warna air kaldu. Namun, pada hari ketiga air kaldu mulai terlihat keruh hal ini juga merupakan pertanda bahwa organisme dari udara sudah banyak yang hinggap begitu pula pada hari keempat sampai hari kelima kekeruhan air kaldu semakin bertambah.
b.    Endapan
Pada hari pertama, kedua dan ketiga belum ada endapan yang terbentuk. Namun, pada hari keempat sudah terdapat endapan dan pada hari kelima endapan tersebut semakin banyak.
c.    Bau
Pada hari pertama dan kedua belum ada bau yang tercium yang berasal dari air kaldu. Namun, pada hari ketiga tercium bau dari air kaldu hingga hari keempat dan kelima bau dari air kaldu semakin menyengat.
3.      II (Dipanasi dan disumbat)
Hari pertama sampai pada hari kelima tidak ada perubahan baik warna, endapan dan bau. Hal ini disebabkan karena tidak adanya kontaminasi antara air kaldu dengan lingkungan sehingga tidak ada organisme yang masuk ke dalam air kaldu.
4.      KESIMPULAN
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa:
1.      Percobaan Lazarro Spalanzani, merupakan protes dari paham abiogenesis, yang mengatakan makhluk hidup berasal dari benda mati. Dan dari percobaan ini terbukti bahwa tabung yang dibiarka terbuka, didalamnya terdapat mikroorganisme, ini semua membuktikan bahwasanya makhluk hidup itu berasal dari makhluk hidup yang sudah ada sebelumnya dan terdapat di udara
2.      penyebab keruhnya air kaldu pada tabung yang terbuka adalah organisme dari luar udara yang hinggap dalam air kaldu tersebut  bukan dari air kaldu itu sendiri sehingga percobaan ini bisa meruntuhkan teori abiogenesis.


DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu Drs.1991. Ilmu Alamiah Dasar. Rineka Cipta.Makassar.

Kusnadi, dkk. 2003. Mikrobiologi. Bandung:  Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA UPI

Pelczar, Jr. 2007. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta : UI-Press

Ristiati, Niputu Dra. 2000. Pengantar Mikrobiologi Umum. Makassar: Departemen Pendidikan Nasional.

Stainer, 1980. Dunia Mikrobe I. Jakarta : Bhatara karya Aksara

Warianto, Chaidar. 2012. Asal usul makhluk hidup.  Jakarta: Bumi Aksara







0 comments:

Post a Comment