BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Fisiologi tumbuhan adalah ilmu tentang proses faal/fungsi pada tumbuhan. Salah satu pokok bahasan yang penting dalam fisiologi tumbuhan adalah gerak pada tumbuhan. Gerak pada tumbuhan sendiri ada bermacam-macam.
Salah satu hal yang menjadi ciri makhluk hidup, baik itu pada hewan maupun tumbuhan adalah bergerak. Setiap organisme juga mampu menerima rangsang yang disebut iritabilitas dan mampu pula menanggapi rangsang tersebut yang dapat berupa gerak tumbuhan. Gerak ini dapat berupa perubahan posisi tubuh atau perpindahan yang meliputi seluruh atau sebagian dari tubuh. Gerak pada hewan berbeda dengan gerak pada tumbuhan dimana pada hewan dapat berlari, berjalan sedangkan gerak pada tumbuhan yakni dengan melihat arah tumbuhnya yakni yang dipengaruhi oleh berbagai sumber rangsangan, baik itu cahaya ataupun gaya gravitasi.
Tumbuhan bereaksi terhadap perubahan lingkungan dengan perwujudan yang tampak antara lain pada pertumbuhannya. Respon terhadap perubahan lingkungan yang diwujudkan sebagai pertumbuhan mengakibatkan bagian tertentu lebih cepat tumbuh dibandingkan yang lainnya. Respon ini dapat menghasilkan gerak yang nyata walaupun umumnya lebih lambat dari gerak nasti. Diantara gerak akibat tumbuh yang dikenal adalah gerak tropisme. Arah gerak tumbuhan karena rangsang cahaya disebut fototropisme dan arah gerak tumbuhan karena gaya gravitasi disebut geotropisme.
Oleh karena gerak pada tumbuhan memiliki pokok bahasan yang sangat mendasar dan penting dalam fisiologi tumbuhan maka perlu diadakan praktikum khusus mengenai gerak pada tumbuhan, khususnya mengenai fototropisme dan geotropisme tumbuhan.
B. Tujuan Percobaan
Tujuan praktikum ini adalah untuk melihat respon fototropisme dan geotropisme.
C. Manfaat
Adapun manfaat dari praktikum ini adalah mahasiswa dapat melihat respon fototropisme dan geotropisme. Selain itu, hasil dari praktikum ini dapat dijadikan sebagai referensi dalam penelitian yang menyangkut gerak pada tumbuhan, khususnya mengenai fototropisme dan geotropisme.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Fototropisme dan geotropisme merupakan aktivitas yang jelas berperan dalam perkembangan tumbuhan. Respon fototropik menentukan letak atau kedudukan daun dan batang untuk dapat menangkap sinar matahari sebanyak-banyaknya bagi keperluan fotosintesis. Tropisme menyebabkan pula tunas tumbuh ke atas dan akar ke dalam tanah (Ismail, 2011).
Di dalam pertumbuhan tanaman terdapat adanya dominansi pertumbuhan di bagian apeks atau ujung organ yang disebut sebagian dominansi apikal. Dominansi apical diartikan sebagia persainangan antara tunas pucuk dengan tunas lateral dalam hal pertumbuhan. Dominansi apical atau dominansi pucuk biasanya menandai pertumbuhan vegetative tanaman yaitu pertumbuhan akar, batang dan daun. Dominansi apical setidaknya berpengaruh dalam menghambat pertumbuhan lateral. Selama masih ada tunas pucuk, pertumbuhan tunas lateral akan terhambat sampai jarak tertentu dari pucuk. Dominansi pucuk dapat dikurangi dengan memotong bagian pucuk tumbuhan yang akan mendorong pertumbuhan tunas lateral (Dahlia, 2001).
Auksin adalah zat yang ditemukan pada ujung akar, batang, pembentukan bunga yang berfungsi untuk pengatur pembesaran sel di daerah belakang meristem ujung. Hormon auksin adalah hormone pertumbuhan pada semua jenis tanaman lain dari hormone ini adalah IAA atau Asam Indol Asetat. Hormon auksin ini terletak pada ujung batang dan ujung akar, fungsi dari hormone auksin ini adalah membantu dalam proses mempercepat pertumbuhan baik pertumbuhan akar maupun pertumbuhan batang (Campbell, 2004).
Dari penemuan mengenai auksin, dua respon fisiologis tumbuhan dapat dijelaskan yaitu pertumbuhan batang yang menuju ke arah datangnya sinar dan respon terhadap gaya tarik bumi di mana batang tumbuh ke atas berlawanan dengan gaya tarik bumi. Gerakan ini disebut tropisme sebagai hasil dari pertumbuhan yang tidak sama dari sel-sel pada kedua sisi organ yang terkena rangsangan (Ismail, 2011).
Auksin merupakan istilah genetik untuk substansi pertumbuahn yang khususnya merangsang perpanjang sel, tetapi auksin juga menyebabkan suatu kisaran respon pertumbuhan yang agak berbeda-beda. Respon auksin berhubungan dengan konsentrasinya. Konsentrasi yang tinggi bersifat menghambat. Auksin mengatur proses di dalam tubuh tanaman dalam morfogenesis. Misalnya kuncup lateral dan pertumbuhan akar dihambat oleh auksin namun permukaan pertumbuhan akar baru digalakkan pada jarinngan kalus. Konsentrasi auksin yang berlebihan menyebabkan ketidaknormalan seperti epinasti. Auksin mempengaruhi pengembangan dinding sel dimana mengakibatkan berkurangnya tekanan dinding sel terhadap protoplas. Maka karena tekanan dinding sel berkurang, protoplas mendapat kesempatan untuk meresap air dari sel-sel yang adadi bawahnya karena sel-sel yang ada di dekat titik tumbuh mempunyai nilai osmotis yang tinggi (Gardner, 1999).
Pada permulaan perkembangan lembaga semua sel membelah terus tetapi pada pertemuan dan perkembangan selanjutnya pembelahan sel dan pertambahan jumlah sel menjadi terbatas pada daerah yang sangat sedikit mengalami diferensiasi yaitu suatu jaringan yang tetap bersifat embrionik di dalam jaringan dan sel-selnya tetap mempunyai kemampuan membelah. Jaringan embrionik di dalam jaringan dewasa ini yang kita sebut jaringan meristem. Meristem adalah jaringan sel-selnya tetap bersifat embrional artinya mampu terus menerus membelah diri tak terbatas untuk menambah jumlah sel tubuh. Sel penyusun meristem biasanya isodioometrik dan berdinding tipis serta relative lebih kaya protoplas dibandingkan dengan sel-sel jaringan dewasa walaupun tidak menemukan criteria umum secara morfologis untuk membedakan sel meristem dan sel jaringan dewasa yang belum mengalami spesialisasi (Setjo, 2004).
BAB III
METODE PRAKTIKUM
A. Waktu dan Tempat
Hari/tanggal :
Waktu :
Tempat : Laboratorium Biologi Lantai III Barat FMIPA UNM
B. Alat dan Bahan
1. Alat
a. Cawan petri
b. Rang kawat
c. Gelas piala
d. Penggaris
2. Bahan
a. Biji padi (Oryza sativa)
b. Biji jagung (Zea mays)
c. Aquades
d. Kapas
C. Prosedur Kerja
1. Fototropisme
a. Menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan.
b. Mengambil gelas kimia ukuran 1 Liter.
c. Mengambil rang kawat, kemudian menempelkan seluruh sisinya dengan kapas.
d. Memasukkan rang kawat yang berlapiskan kapas ke dalam gelas kimia 1 liter.
e. Meletakkan biji padi dengan ukuran hampir sama pada rang kawat secara vertikal dengan bagian koleoptil berada di atas.
f. Mengisi aquades ke dalam gelas piala lalu memasukkan rang kawat ke dalam gelas piala dengan koleoptil dapat menerima langsung cahaya dari satu sisi gelas piala dengan pengamatan selama 14 hari.
g. Meletakkan gelas piala di ruang gelap selama 48 jam.
h. Memindahkan gelas piala ke ruang yang bercahaya.
i. Mengamati pertumbuhan kolepotil, memasukkan data hasil pengamatan ke dalam laporan sementara.
2. Geotropisme
a. Merendam biji jagung selama 1 malam.
b. Menyiapkan 3 cawan petri yang masing-masing permukaan dalamnya diberi kapas yang telah dibasahi oleh aquades.
c. Menyusun 6 biji jagung pada tiap cawan petri sepanjang garis tengah cawan dengan posisi titik tumbuh biji pada cawan petri berada di bawah dan untuk cawan petri yang lain dengan titik tumbuh biji mengahadap ke samping.
d. Mengamati pertumbuhan pada biji jagung dan biji padi.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
1. Fototropisme
Menghadap arah cahaya
Membelakangi arah cahaya
2. Geotropisme
Hari I
Hari X
B. Pembahasan
1. Fototropisme
Pada praktikum mengenai fototropisme, kita mengadakan pengamatan selama 10 hari. Perlakuan I selama 1 hari, koleoptil diarahkan ke arah normal, maka belum terlihat perubahan. Kemudian perlakuan II, koleoptil di arahkan ke arah cahaya dan diamati selama 4 hari. Saat perlakuan ini, perlahan-lahan biji no. 2 mulai tumbuh dan terlihat keluarnya daun pertama (plumula) dan akar pertama (radikula). Selama perlakuan kedua ini, terlihat bahwa arah tumbuh plumula condong ke arah cahaya. Hal ini dapat kila lihat dengan jelas pada gambar di atas (hari V). Kemudian perlakuan III , koleoptil kembali diarahkan ke arah normal selama 1 hari, dan tidak terlihat perubahan berarti. Pada pengamatan IV, kecambah diarahkan membelakangi cahaya selama 4 hari. Pada proses perlakuan ini, biji no.6 perlahan-lahan mulai tumbuh juga dan arah tumbuhnya tetap mengarah ke cahaya. Tapi, dari foto pada hari X, kita melihat kembali pertumbuhan kecambah no. 6, terlihat arahnya agak menjauhi cahaya. Menurut saya, ini bukanlah akibat pengaruh rangsang, karena sebenarnya kedua kecambah ini tetap mengarah ke cahaya. Tapi, karena sudah mulai tumbuh besar maka daun-daun tersebut menjadi berat dan mencondongkon diri ke arah yang sesuai agar tetap seimbang.
2. Geotropisme
Pengamatan kedua ini, kita ingin melihat pengaruh gaya gravitasi bumi terhadap pertumbuhan suatu tumbuhan terutama pada tunas akarnya. Untuk melihat pengaruh ini, maka kita meletakkan biji dengan arah tempat keluarnya tunas akar nanti ke arah yang membelakangi gaya gravitasi. Selama proses perlakuan, biji-biji ini agak lama mengalami pertumbuhan. Tapi pada hari keempat, mulai terlihat keluarnya radikula. Walaupun ditempatkan ke arah negatif terhadap gravitasi, tapi radikula ini tetap tumbuh dengan membelokkan dirinya ke arah bawah. Hal ini merupakan salah satu gerak yang diakibatkan oleh rangsang dari gravitasi bumi.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa gerak pertumbuhan terdiri atas fototropisme yang dipengaruhi oleh rangsangan cahaya dan geotropisme yang dipengaruhi gaya gravitasi yakni pertumbuhan menuju ke pusat bumi.
B. Saran
a. Praktikan sebaiknya bersungguh-sungguh dalam menjalani praktikum fisiologi tumbuhan, agar diperoleh ilmu yang optimum berdasarkan hasil pengamatan, dan dapat menguji teori dari perkuliahan.
b. Kakak asisten sebaiknya membimbing praktikan dengan sepenuh hati dan memberikan penjelasan-penjalasan yang berkaitan dengan praktikum yang sedang dijalani, sehingga terjadi transfer ilmu secara tidak langsung.
c. Laboran sebaiknya menyediakan alat dan bahan yang berhubungan dengan praktikum, sehingga praktik tidak mengganggu jalannya praktikum. Banyak waktu yang terbuang hanya untuk mengantri pengguanaan alat, seringkali alat-alat praktikum fisiologi tumbuhan kurang jumlahnya. Karena setiap praktikan sudah membayar uang laboratorium sebesar Rp. 250.000,00-/semester. Mohon gunakan uang laboratorium seoptimalnya pada kegiatan praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
Campbell. 2004. Biologi Edisi Kelima Jilid Satu. Jakarta : Erlangga
Dahlia. 2001. Petunjuk Praktikum Fisiologi Tumbuhan. Malang : UM Press
Gardner.F.P.1999. Fisiologi Tanaman Budidaya. Jakarta : UI Press
Ismail. 2010. Penuntun Praktikum Fisiologi Tumbuhan. Makassar : Jurusan Biologi FMIPA UNM
Setjo,Sustetyoadi. 2004. Anatomi Tumbuhan. Malang : UM Press
0 comments:
Post a Comment