Wajar Suka Dunia, Tak Wajar Dunia Jadi Tujuan Hidupnya
Oleh: Badrul Tamam
Al-Hamdulillah, segala puji milik Allah, segala puji milik Allah. Shalawat dan salam untuk Rasulullah, Muhammad bin Abdullah, keluarga dan para sahabatnya.
Allah mengabarkan, Dia telah jadikan syahwat duniawi indah di mata manusia; berupa wanita, anak-anak, harta benda yang banyak, dan lainnya. Jika hati manusia ada rasa suka kepada kenikmatan dunia itu sesuatu yang manusiawi. Masih wajar jika manusia cenderung untuk memiliki, menguasai, dan merasakan kenikmatan-kenikmatannya.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman,
زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنَ النِّسَاءِ وَالْبَنِينَ وَالْقَنَاطِيرِ الْمُقَنْطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالْأَنْعَامِ وَالْحَرْثِ
“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang.” (QS. Ali Imran: 14)
Namun perlu diingat, bahwa semua itu adalah kesenangan hidup di dunia. Artinya, kenikmatannya tidaklah kekal dan abadi. Kenikmatannya hanya sementara dan sedikit. Berbeda dengan akhirat, kenikmatannya melimpah tak bisa dibayangkan dan kekal abadi. Karenanya, seseorang tidak boleh mengejar dunia lalu lupa akhirat.
ذَلِكَ مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَاللَّهُ عِنْدَهُ حُسْنُ الْمَآَبِ
“Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).” (QS. Ali Imran: 14)
Syaikh Abdurrahman bin Nashir al-Sa’di dalam tafsirnya (Taisir al-Karim al-Rahman) membagi manusia dalam menyikapi dunia ini kepada dua kelompok. Pertama, manusia yang menjadikan dunia sebagai tujuan. Sehingga pikiran, cita-cita, harapan, dan segala perbuatannya hanya untuk dunia. Akibatnya, mereka lalai dari tujuan penciptaannya, yakni ibadah. Mereka menyikapi dunia sebagaimana binatang; menikmati kelezatannya dan memuaskan syahwatnya. Mereka tak peduli dengan cara apa mendapatkan dunia dan untuk apa menggunakannya. Hakikatnya, mereka menjadikan dunia ini sebagai bekal menuju kesengsaraan dan adzab di akhirat.
Kelompok kedua, mereka yang mengetahui tujuan hidupnya dan maksud Allah menjadikan dunia ini; yakni sebagai ujian dan cobaan kepada hamba-hamba-Nya. Supaya jelas, siapa yang mengutamakan ketaatan kepada Allah dan mencari ridha-Nya dan siapa yang lebih suka memperturutkan nafsu untuk menikmati kesenangan dunia dan menuruti syahwatnya. Mereka menjadikan dunia sebagai sarana dan jalan untuk menyiapkan bekal akhirat. Mereka menikmati dunia sebagai sarana untuk mencari ridha Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Mereka menjadikan dunia sebagai jembatan menuju akhirat. Mereka menjadikan dunia sebagai barang dagangan yang dijual untuk mendapatkan keuntungan akhirat. Hakikatnya, mereka menjadikan dunia sebagai bekal menuju Allah Subhanahu Wa Ta'ala.
Kelompok kedua ini akan rela kehilangan dunia -bahkan yang paling berharga sekalipun- untuk mendapatkan kehidupan yang bahagia di akhirat. Mereka rela mengorbankan jiwa dan harta bendanya untuk ditukar dengan surga.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman,
إِنَّ اللَّهَ اشْتَرَى مِنَ الْمُؤْمِنِينَ أَنْفُسَهُمْ وَأَمْوَالَهُمْ بِأَنَّ لَهُمُ الْجَنَّةَ يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَيَقْتُلُونَ وَيُقْتَلُونَ وَعْدًا عَلَيْهِ حَقًّا فِي التَّوْرَاةِ وَالْإِنْجِيلِ وَالْقُرْآَنِ
“Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah; lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan Al Quran.” (QS. Al-Taubah: 111)
فَلْيُقَاتِلْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ الَّذِينَ يَشْرُونَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا بِالْآَخِرَةِ
“Karena itu hendaklah orang-orang yang menukar kehidupan dunia dengan kehidupan akhirat berperang di jalan Allah.” (QS. Al-Nisa’: 74)
Penutup
Wajar jika manusia suka kepada dunia, baik dia orang awam maupun ulamanya. Semuanya yang namanya manusia memandang indah wanita, anak-anak, harta benda dan kekayaan yang melimpah. Namun yang tidak wajar jika dunia dijadikan sebagai tujuan hidup dan pucak cita-cita. Sehingga apapun dilakukan untuk memperolehnya dan merengguh kenikmatannya. Jika demikian maka manusia telah gagal dalam menghadapi ujian dunia ini.
Setelah Allah terangkan tentang kedudukan dunia di mata manusia, Allah terangkan bahwa dunia dan segala kemewahannya adalah kenikmatan yang sementara dan fana. Allah menjadikannya sebagai ujian kepada hamba-hamba-Nya. Tidak boleh kenikmatan dunia dan kemewahannya menjadi tujuan hidup sehingga halalkan segala cara memperolehnya. Sebaliknya dunia harus dijadikan sebagai sarana dan jalan menuju kehidupan akhirat. Dunia dijadikan sebagai negeri berbekal untuk meraih kehidupan kekal abadi lagi sangat nikmat di akhirat. Wallahu Ta’ala A’lam. [PurWD/voa-islam.com]
0 comments:
Post a Comment